Pemkot memantau 37 KK nelayan rawan terdampak gelombang pasang

id nelayan,mataram,abrasi

Pemkot memantau 37 KK nelayan rawan terdampak gelombang pasang

Ilustrasi: sejumlah anak-anak nelayan di Lingkungan Begek Kembar Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, bermain di tenda darurat yang menjadi lokasi evakuasi sementara terhadap ancaman banjir rob. Selasa (7/12-2021). (Foto: ANTARA/Nirkomala)

Mataram (ANTARA) - Pemerintah Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, terus memantau kondisi 37 kepala keluarga (KK) nelayan yang rawan terdampak bajir rob akibat gelombang pasang di Lingkungan Bagek Kembar.

Camat Sekarbela Cahya Samudra di Mataram, Selasa mengatakan sejauh ini kondisi 37 KK nelayan yang berada di sempadan pantai itu masih relatif aman.

"Kendati dalam beberapa hari terakhir kondisi cuaca ekstrem di wilayah Kota Mataram cukup mengkhawatirkan," katanya, kepada sejumlah wartawan.

Pada awal Desember 2021, sebanyak 37 KK nelayan di Lingkungan Bagek Kembar, Kecamatan Sekarbela, itu sempat dievakuasi ke tenda darurat dan diberikan layanan dapur umum selama tiga hari karena terdampak gelombang pasang.

Sementara, lanjutnya, jika mengacu pada informasi BMKG yang menyebutkan potensi intensitas hujan lebat disertai angin dan petir di wilayah Kota Mataram, diprediksi berlangsung hingga Februari 2022, maka nelayan harus tetap waspada.

"Meskipun ketinggian gelombang saat ini masih normal, yakni sekitar satu meter, tapi cuaca yang tidak menentu sekarang ini bisa berubah ekstrem kapan saja," katanya.

Terkait dengan itu sebagai langkah antisipasi, pihaknya telah mengusulkan permintaan penyiapan karung ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) yang nantinya akan diisi pasir untuk dijadikan tanggul darurat ketika terjadi gelombang pasang.

"Selain karung, tenda darurat juga perlu disiagakan agar ketika terjadi gelombang pasang, kami bisa cepat mengambil langkah evakuasi warga di sempadan pantai," katanya.

Ia mengakui, jika dibandingkan dengan rumah-rumah nelayan lainnya di pesisir Pantai Ampenan sampai Loang Baloq, kondisi rumah 37 KK nelayan itu berada paling depan di sempadan pantai sehingga selalu menjadi "langganan" banjir rob saat musim angin barat.

"Dengan kondisi cuaca yang tidak menentu saat ini, sekitar 200 lebih nelayan di Kecamatan Sekarbela sementara tidak melaut," kata Samudra.