Pedagang musiman "topat bantal" menjamur di Jalan Airlangga Mataram

id dagang,topat,mataram

Pedagang musiman "topat bantal" menjamur di Jalan Airlangga Mataram

Pedagang ketupat musiman di sepanjang Jalan Airlangga, Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, siap melayani masyarakat yang tidak sempat membuat ketupat, lauk dan jajanan khas "bantal" untuk disantap bersama keluarga saat merayakan "Lebaran Topat". Senin (9/5-2022). (Foto: ANTARA/Nirkomala)

Mataram (ANTARA) - Pedagang musiman "topat bantal" atau ketupat dan jajanan khas "bantal" yang terbuat dari ketan dibungkus janur, menjamur di sepanjang Jalan Airlangga Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Menjamurnya lapak pedagang "topat bantal" ini seiring dengan tradisi perayaan puncak "Lebaran Topat" 1443 Hijriah di Kota Mataram yang jatuh pada hari Senin (9/5-2022).

"Pembukaan lapak dagangan 'topat bantal' sudah berjalan sejak dulu, hanya saja biasanya kita buka lapak di dalam sehingga kurang diperhatikan. Tapi dua tahun terakhir ini kami berjualan di Jalan Airlangga atau jalan utama," kata Anisa salah seorang pedagang "topat bantal" di Jalan Airlangga.

Anisa yang merupakan warga dari Kelurahan Punia mengatakan, berjualan ketupat, lontong dan "bantal" musiman ini sudah dilakoni oleh rata-rata warga Punia karena sehari-harinya mereka berjualan di sejumlah pasar tradisional.

Tapi saat lebaran baik lebaran Idul Fitri, "Lebaran Topat, dan Idul Adha, warga khusus membuka lapak di pinggir jalan untuk melayani dan membantu masyarakat yang tidak sempat membuat "topat dan batal" untuk hidangan saat lebaran.

"Selain bisa dibawa pulang, kita juga siapkan tempat untuk masyarakat yang mau makan di tempat," katanya.

Satu porsi ketupat berserta lauk pelengkapnya seperti opor ayam, daging, telur dan urap dijual seharga Rp15.000-Rp20.000. 

Sementara jika hanya ingin membeli ketupat saja, Anisa menjual Rp15.000 per satu ikat atau isi lima, begitu juga dengan harga jajan "bantal".

"Alhamdulillah, kalau ramai saya bisa mendapatkan omzet sekitar Rp3 juta hingga Rp4 juta. Kalau sepi sekitar Rp1 juta sampai Rp2 juta," kata Anisa yang mulai membuka lapaknya pada sore H-1 "Lebaran Topat".

Namun demikian, Anisa mengakui, pendapatannya pada "Lebaran Topat" kali ini cenderung menurun karena banyak masyarakat yang mudik.

"Kalau tahun-tahun sebelumnya lebih ramai, sebab tidak ada yang mudik karena COVID-19," katanya.

Sementara Baiq Dewi salah seorang konsumen yang dikonfirmasi saat membeli ketupat mengatakan, keberadaan lapak pedagang "topat batal" ini sangat membantu terutama ibu-ibu pekerja yang tidak sempat masak.

Kendati harganya sedikit lebih mahal dibandingkan hari-hari biasa, tapi harganya dinilai tidak memberatkan dan sesuai dengan kondisi pasar sebab kebutuhan masyarakat meningkat.

"Kalau hari-hari biasa satu ikat harganya Rp10.000, sekarang naik jadi Rp15.000. Tapi tidak apa-apa masih terjangkau," kata Dewi yang merupakan seorang ASN di UPTD Dinas Pertanian Provinsi NTB.