"BIL" DONGENG KUNO YANG JADI KENYATAAN oleh Yanes Setat

id

     Mataram, (ANTARA) - Seperti biasa tidak sedikit orang tua di kalangan Suku Sasak, Lombok, Nusa Tenggara Barat, diminta mendongeng oleh anak-anaknya di saat mereka mulai merebahkan tubuh di peraduan sebelum terlelap tidur.
     Aneka kisah yang menarik, termasuk cerita kuno yang turun-temurun dari nenek moyang Suku Sasak, mewarnai alunan dongeng yang meluncur dari bibir sang orang tua pendongeng.
     Salah satu cerita yang kerap hadir di "arena pentas" dongeng pengantar tidur itu, ialah adanya "sabda" dari leluhur masyarakat Sasak yang menyebutkan bahwa kelak di Tanak Awu, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah akan banyak dikunjungi orang dari berbagai penjuru.
      Para pengunjung akan datang ke Tanak Awu dengan menaiki burung besi berukuran besar.  Seiring dengan kisah itu, nenek moyang Suku Sasak mulai memberi nama sejumlah dusun yang tersebar di kawasan tersebut dengan sebutan Pengantar, Peninjauan, Mendongak dan lain-lain.
     
      Ternyata benar, di areal yang di dalamnya terdapat nama-nama  dusun yang menggambarkan aktivitas orang itu, kini berdiri sebuah lapangan udara yang diberi nama  Bandara Internasional Lombok (BIL), yang pengoperasiannya telah diresmikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Kamis (20/10).
      Di hadapan Presiden dan rombongan, Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) TGH M Zainul Majdi  menceritakan kembali dongeng yang berisi "sabda" leluhur masyarakat Lombok  itu.
      "Sungguh luar biasa. Ternyata para leluhur kami  punya penerawangan atau pengalaman batin yang kini benar-benar menjadi kenyataan.  Burung besi berukuran besar telah mulai banyak mendarat di sini, di Tanak Awu," ujar Gubernur Zainul Majdi, disambut tepuk tangan  hadirin.
      BIL yang pagi itu diresmikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono,  sesungguhnya telah mulai dioperasikan oleh manajemen PT Angkasa Pura I sejak 1 Oktober lalu.
     Gubernur mengatakan, dengan telah diresmikannya pengoperasian BIL, diharapkan mampu menjadi pintu masuk investasi sebagai salah satu wujud pengembangan Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).
     "Insya Allah, dengan beroperasinya bandara ini maka akan mampu menjadi pintu masuk investasi dan kawasan ekonomi baru, utamanya ekonomi khusus sebagai salah satu wujud pengembangan MP3EI yang dicanangkan Bapak Presiden," kata Gubernur  Zainul Majdi.
     

                                               Dirintis 1995

     Gubernur juga mengungkapkan perjuangan panjang jajaran Pemerintah Provinsi NTB dalam mewujudkan Bandara Internasional Lombok yang diawali dengan pembebasan lahan seluas 551,8 hektare sejak 1995.
     Pembangunan bandara internasional itu dimulai dengan upaya pembebasan lahan, kemudian disusul dengan dilakukannya  "groundbreaking" pada 30 Nopember 2005 oleh Menteri Perhubungan yang saat itu dijabat Hatta Rajasa, yang kini Menteri Koordinator Bidang Perekonomian.
     Sejak itu, Pemerintah Provinsi NTB bersama-sama dengan manajemen PT Angkasa Pura I dan Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah, terus berupaya menyelesaikan pengerjaan sarana dan prasarana pendukung bandar udara bertaraf internasional tersebut.
     "Kami juga terus berkoordinasi dengan Kementerian Pekerjaan Umum untuk menyelesaikan jalan khusus akses BIL sepanjang 21,3 kilometer dan jalan-jalan strategis lainnya guna mendukung pengembangan kawasan pariwisata Mandalika Resort sepanjang 7,5 kilometer," ujarnya.
      Kini, lanjut dia,  sejumlah infrastruktur telah selesai dibangun hingga bandara internasional itu berhasil  dioperasikan.
      BIL tercatat memiliki landasan pacu sepanjang 2.750 meter dan lebar 40 meter, sehingga mampu didarati pesawat Airbus 330 atau Boeing 767,  dan dapat menampung 11 unit pesawat di lapangan parkir (apron).
      Namun demikian,  kata gubernur,  belum bisa didarati pesawat berbadan lebar seperti Boeing 747 yang biasa dipakai mengangkut para jamaah haji.
      Sehubungan dengan itu, gubernur kepada Presiden meminta agar dapat dilakukan perpanjangan atas landasan pacu bandara dari yang sekarang 2.750 meter menjadi 3.000 meter.
      Menanggapi permintaan itu, Presiden menyatakan menyanggupinya, sembari memerintahkan kementerian terkait untuk segera melakukan penjajakan dan langkah-langkah yang diperlukan.
     "Saya setuju usulan gubernur untuk memperpanjang landasan pacu dari 2.750 meter menjadi minimal 3.000 meter," kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
      Selain tentang landasan pacu,  Presiden juga menginstruksikan Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Hatta Rajasa untuk menyikapi permasalahan jalan akses ke dan dari bandara  yang hingga kini belum rampung seluruhnya.
      "Segera bereskan jalan keluar-masuk bandara ini.  Pak Menko Perekonomian segera tindaklanjuti," ujar Presiden Yudhoyono sembari menatap  Hatta Rajasa yang duduk di deretan kursi undangan terdepan.
      Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan rombongan, dilaporkan  telah melihat dari dekat pembangunan jalan khusus akses BIL sepanjang 21,3 kilometer dari kawasan bandara hingga patung sapi di Gerung, Kabupaten Lombok Barat, yang kini belum rampung.
     Tidak hanya itu,  dari Gerung ke Kota Mataram sepanjang belasan kilometer pun belum terbangun jalan khusus akses BIL, atau masih mengandalkan jalan lama jurusan Mataram menuju Pelabuhan Laut Lembar, Kabupaten Lombok Barat.
      Presiden SBY juga telah melihat secara langsung sejumlah jalan penghubung di lingkungan dalam kawasan bandara yang juga belum selesai dikerjakan.
      Selain itu, Presiden juga sempat menyoroti kawasan bandara yang masih tampak gersang dan belum tertata dengan cukup rapih.
      Berkenaan dengan itu, Presiden SBY meminta jajaran Pemprov NTB segera melakukan penhijauan di kawasan bandara, sembari berjanji akan menyumbangkan sebanyak 10 ribu bibit tanaman perindang.
       

                                 Hampir Rp1 triliun

     Megaproyek BIL bernilai hampir Rp1 triliun atau tepatnya Rp945,8 miliar itu,  didanai dari hasil "keroyokan", yakni dari PT Angkasa Pura I sebesar Rp795,8 miliar, Pemprov NTB  Rp110 miliar  dan tanggungan Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah sebanyak Rp40 miliar.
     BIL juga tercatat memiliki  terminal penumpang seluas 21 ribu meter persegi, mampu menampung tiga juta penumpang setahun.  Untuk  luas areal parkir, mencapai 17.500 meter persegi.
      Terkait pemanfaatan bandara internasional itu, pada 22 Juli 2011 pemerintah memutuskan untuk mempercepat pembangunan infrastruktur pendukung pariwisata di Provinsi NTB, dengan menetapkan areal seluas 1.200 hektare di Lombok bagian selatan sebagai kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Nasional (Ekkparnas).
      Kawasan Ekkparnas yang lazim disebut kawasan Mandalika itu akan dijadikan tempat pertumbuhan ekonomi baru yang berbasis wisata.
      Selain memprioritaskan potensi pariwisata, juga akan dikembangkan sentra produksi pangan yang meliputi pertanian, peternakan dan kelautan, serta pengembangan eksplorasi energi geotermal di daerah pegunungan Rinjani.
      Keputusan itu ditempuh dalam Sidang Kabinet Terbatas,  sejalan dengan rencana pemanfaatan Bandara Internasional Lombok mendatang.
      Presiden SBY berharap program tersebut sukses dilakukan selama tiga tahun mendatang, dan tentunya harus disesuaikan dengan Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).
      Dalam MP3EI, NTB berada dalam koridor yang sama dengan Provinsi Bali dan NTT yang memprioritaskan pembangunan di bidang pariwisata dan pangan.
      Hadir para acara peresmian bandara yang berawal dari dongeng kuno hingga menjadi kenyataan itu, antara lain tampak mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla beserta istri Hj Mufidah Kalla, serta sejumlah menteri Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II. (*)




Keterangan Foto : Presiden RI, Susilo Bambang Yhudoyono (kanan) memberikan pidato sambutanya saat peresmian Bandara Internasional Lombok (BIL) di Praya, Lombok Tengah, NTB, Kamis (20/10). Proyek pembangunan BIL senilai total Rp. 945,8 milyar yang dibiayai oleh PT. Angkasa Pura I Rp. 795,8 milyar, Pemda Propinsi NTB Rp. 110 milyar dan Pemda Kabupaten Lombok tengah Rp.40 milyar.

FOTO ANTARA/Ahmad Subaidi/ss/mes/11.