TERNAK PELIHARAAN BERKELIARAN DI KAWASAN BANDARA INTERNASIONAL LOMBOK

id

     Mataram, 25/11 (ANTARA) - Sejumlah ternak peliharaan seperti kerbau, kambing, dan anjing, masuk dan berkeliaran dalam kawasan Bandara Internasional Lombok, yang berlokasi di Tanak Awu, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat.

     Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) Ridwan Syah, di Mataram, Jumat, mengatakan, permasalahan itu sudah dibahas secara tegas dalam pertemuan koordinasi lintas sektor, yang digelar di kawasan Bandara Internasional Lombok (BIL), Kamis (24/11).

     "Sudah kami bahas dalam rapat koordinasi, kemarin siang, dan itu menjadi perhatian utama manajemen PT Angkasa Pura I, terutama anjing yang sering melintas ke apron (parkiran pesawat)," ujarnya.

     Ridwan mengatakan, Pemprov NTB beserta jajaran terkaitnya juga sudah mengkoordinasikan permasalahan ternak berkeliaran dalam kawasan BIL itu dengan pihak-pihak terkait, selain manajemen PT Angkasa Pura I.

     Pihak terkait itu antara Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan) Provinsi NTB maupun Kabupaten Lombok Tengah, dan aparat keamanan yang terlibat pengamanan dalam kawasan bandara.

     Bahkan, sudah dikoordinasikan dengan Bupati Lombok Tengah, agar ada upaya nyata membendung ternak peliharaaan untuk tidak masuk ke dalam kawasan bandara.

     "Tentu, kami juga berharap dukungan dan partisipasi warga di sekitar kawasan bandara untuk memperhatikan keberadaan ternak peliharaannya. Jangan sampai ada kesan membiarkan masuk ke kawasan bandara," ujarnya.

     Pemandangan ternak peliharaan berkeliaran di dalam kawasan bandara internasional itu, sudah terlihat sejak dua pekan terakhir ini.

     Bahkan, aparat beberapa orang anggota Pasukan Khas (Paskas) TNI Angkatan Udara, terlihat mengejar ternak kambing dan anjing yang masuk dalam kawasan bandara, sambil membawa pentungan kayu.

     Selain melewati sela-sela pagar besi, diduga ada bagian tertentu dari pagar pembatas area bandara yang jebol sehingga menjadi pintu masuk ternak peliharaan itu. 

     General Manager (GM) PT Angkasa Pura I Bandara Internasional Lombok I Ketut Erdi Nuka, yang dihubungi secara terpisah, enggan menjelaskan permasalahan tersebut, meskipun berkali-kali dihubungi melalui telepon selularnya.

     "Tunggu, masih rapat, maaf," ujarnya dalam pesan singkat (SMS), yang tidak ditindaklanjuti dengan penjelasan sesuai substansi masalah, hingga berita ini disiarkan.

     BIL yang berjarak sekitar 40 kilometer arah selatan Kota Mataram, ibukota Provinsi NTB itu, diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhyono, meskipun telah dioperasikan manajemen PT Angkasa Pura I sejak 1 Oktober lalu.

     Bandara itu berada para areal seluas 551 hektare, dan memiliki landasan pacu 2.750 meter x 40 meter persegi, sehingga mampu didarati pesawat Airbus 330 atau Boeing 767 dan dapat menampung 10 unit pesawat.

     Berbeda dengan Bandara Selaparang, Mataram yang luas arealnya hanya 28.881 meter persegi. Terminal penumpang BIL seluas 21 ribu meter persegi, atau empat kali lebih luas terminal Bandara Selaparang yang hanya 4.796 meter persegi.

     Kapasitas tampung terminal penumpang BIL dapat mencapai tiga juta setahun, dengan luas areal parkir 17.500 meter persegi. Berbeda dengan Bandara Selaparang yang hanya 7.334 meter persegi, dengan kepasitas tampung 800 ribu penumpang setiap tahun.

     Nilai megaproyek BIL itu mencapai Rp945,8 miliar, terdiri atas Rp795,8 miliar tanggungan Angkasa Pura I, dana sebesar Rp110 miliar tanggungan Pemprov NTB dan Rp40 miliar dibebankan pada Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah. (*)