DISBUN NTB TUNGGU KEPASTIAN INVESTOR KEMBANGKAN KAKAO

id

     Mataram, 17/2 (ANTARA) - Dinas Perkebunan Provinsi Nusa Tenggara Barat sedang menunggu kepastian dari sejumlah investor yang berminat membantu petani dalam mengembangkan dan membeli produksi tanaman kakao.

     Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) H Ihya Ulumudin, di Mataram, Jumat mengatakan, sejumlah investor telah menyatakan berminat menjadi mitra petani kakao dalam hal pembinaan usahatani dan membeli hasil panen.

     "Ada beberapa investor dari luar NTB, seperti Jakarta yang sudah menyatakan minatnya, namun pernyataan berminat itu baru disampaikan melalui layanan pesan singkat (SMS)," ujarnya.

     Ia mengatakan, pihaknya mengharapkan masuknya investasi di sektor perkebunan, terutama untuk pengembangan komoditas perkebunan tersebut karena potensi lahan di NTB cukup luas dan belum tergarap secara optimal.

     Potensi areal tanaman kakao di Provinsi NTB mencapai 17.700 hektare, namun yang baru digarap sekitar 6.500 hektare dengan jumlah kepala keluarga petani kakao mencapai 9.000 orang.

     Produksi kakao dari areal seluas 6.500 hektare itu baru mencapai 2.535 ton atau sekitar 600 kilogram per hektare.    

     Kabupaten Lombok Timur memiliki potensi arel tanaman kakao terluas, yakni sekitar 6.000 hektare.

     Menurut Ihya, kualitas hasil panen kakao para petani dinilai mengalami penurunan yang disebabkan adanya serangan hama dan penyakit seperti hama penggerek buah kakao.

     Penyebab lain rendahnya kualitas produksi adalah umur tanaman yang sudah tua. Rata-rata tanaman kakao milik petani sudah berumur 25 tahun, sehingga perlu ada peremajaan.

     "Menurunnya kualitas biji kakao berdampak terhadap harga jual di tingkat petani. Satu kilogram kakao dibeli pedagang pengumpul seharga Rp18 ribu hingga Rp20 ribu. Padahal kalau kualitasnya bagus, petani bisa menjual dengan harga mencapai Rp22 ribu per kilogram," ujarnya.

     Melihat kondisi itu, kata dia, pihaknya berupaya membantu petani menjalin kemitraan dengan para pemilik modal dalam rangka mengembangkan komoditas tersebut, sekaligus menyerap hasil panen mereka.

     Upaya mendatangkan investor tersebut dilakukan dengan prinsip kehati-hatian untuk mencegah adanya tindak penipuan yang akan merugikan petani.

     "Kami tidak ingin sembarangan menjalin kerja sama dengan pengusaha dari luar. Bagi investor yang berminat silakan datang secara langsung. Kami akan ajak langsung turun melihat potensi lahan dan bertatap muka langsung dengan kelompok tani," ujarnya. (*)