SETELAH PANTAI SENGGIGI, KLUB PS. SUMBAWA BARAT Oleh: Deddy Ari Wahyudi

id

      Dulu, Saya bangga menjadi NTB karena punya sebutan Bumi Gora sewaktu NTB berhasil swasembada beras walaupun Saya masih tidak setuju dengan Politisasi beras seantero negeri, padahal tiap daerah punya makanan khas. Akhirnya sulit merubah kebiasaan masyarakat berpaling dari beras itu. Apalagi setelah banyak orang menderita diabetes, dan penyakit ini ternyata penyakit penyebab kematian nomor 1 di dunia. Setelah beras mulai diimpor besar-besaran dari Vietnam, petani mulai goyah dan resah hingga Bumi Gora cuma terpampang kokoh di Kantor Gubernur NTB, lalu Saya mencari: Apa yang membuat Saya Bangga ber-NTB?

     Saya menemukan sedikit rasa bangga ketika teman-teman dari luar NTB membicarakan Senggigi sebagai pantai yang indah dan eksotik. Merasa sedikit karena selalu Pantai Pulau Bali is number one! ini fakta yang tak terelakkan. Tapi Saya sudah menemukan rasa bangga itu walau sedikit. Tetap saja Saya masih mencari lagi dan berharap lagi.

     Akhirnya, kini Saya menemukan kebanggaan tambahan dan membuat Saya merasa percaya diri dan memiliki NTB ini. Saya menemukan heroisme ketika menonton objek bangga saya itu di televisi, Saya merasakan euforia masyarakat yang mengelu-elukan, kadang teriak gembira, kadang sedih kecewa jika kalah. Ya,objek bangga di NTB hari ini adalah sebuah klub bola, klub PS. Sumbawa Barat.

     Sejak dahulu, acara bola yang sering saya tonton di televisi adalah Liga Indonesia, Saya mengidolakan Arema Malang, kadang Saya menjagokan Persipura Jayapura, suka juga menonton klub-klub dari Sumatera atau Kalimantan, selalu Saya bertanya dalam hati bahkan Saya jadikan pertanyaan di kalangan pertemanan Saya, Kapan nama NTB ini ada di papan skor? Kapan Saya berada di Stadion menjadi supporter heroik membawa panji-panji NTB ini?

     Sampai pada akhirnya impian itu terjawab oleh Klub PS. Sumbawa Barat yang saat ini berlaga di Liga Indonesia. Saya bangga ketika NTB bisa dikenal di luar daerah bahkan di luar negeri pada jalur sportivitas dan jalur olahraga terpopuler disamping mengenal senggigi dengan pantai yang eksotik dan di bawah bayang-bayang nilai IPM posisi 32 dari 33 Provinsi (pada waktu provinsi jumlahnya 27 IPM NTB pada posisi 26).

     Namanya memang PS. Sumbawa Barat, nama Kabupaten di Provinsi NTB, Ketua Umumnya pun adalah Bupati Sumbawa Barat yang kerap dipanggil Kyai Zul dengan nama lengkap Dr. KH. Zulkifli Muhadli, dan Saya yakin tidak gampang membangun sebuah klub dengan berlaga dari level dasar hingga saat ini sampai pada level Divisi Utama Liga Indonesia tapi ketika berada pada level Divisi Utama maka PS. Sumbawa Barat terkonversi secara otomatis menjadi milik NTB. Saya rasa Gubernur NTB pun setuju akan hal ini dan Kyai Zul pun harus ikhlas PS. Sumbawa Barat menjadi milik NTB bukan hanya menjadi milik Sumbawa Barat.

Uniknya, klub PS. Sumbawa Barat tergolong baru, baru berada pada jalur dan jenjang kompetisi liga dibanding klub lain yang sudah bertahun-tahun turun naik di alam persepakbolaan Indonesia, namun bisa melakukan akselerasi yang signifikan hingga mencapai Divisi Utama Liga Indonesia dan menjadi Klub Bola pertama yang mewakili NTB juga KSB. Ini adalah sebuah kebanggaan.

     Kini Saya memahami apa yang membuat Saya mencintai NTB ini, yaitu rasa bangga. Rasa bangga yang Saya miliki saat ini saya yakin bukan datang secara tiba-tiba atau kebetulan, tapi tumbuh dan berkembang karena didesign pada media-media yang penuh dengan karya, prestasi dan konsistensi hingga memunculkan rasa memiliki yang murni tanpa diperintah, dan tanpa dipaksa, karena memang masyarakat menyaksikan objek bangganya dengan kasat mata dan merasakan “denyut nadi” tiap prosesnya.

     Lihat saja bagaimana masyarakat dari segala penjuru NTB mendukung PS. Sumbawa Barat berbondong-bondong mendatangi stadion 17 Desember dengan segala merchandise-nya (yang tentunya dibeli), mereka membayar harga karcis, membeli makanan ringan, membeli minuman, dan larut dalam kebanggan menyaksikan klubnya. Gembira ketika menang, bersedih ketika kalah, ekonomi pun bergerak. Ini potret dari rasa memiliki NTB itu, ini potret dampak dari rasa bangga itu yang disalurkan melalui sebuah entitas yang mewakili panji-panji daerahnya.

     Rasa bangga tidak hadir dengan kebetulan, tapi harus dihadirkan, di set-up dan dirancang sedemikian rupa hingga melampaui batas kewilayahannya. Karena bukan barang kebetulan, maka ia butuh tekad, butuh kerja keras, dan butuh ketekunan. Saya akan terus mencintai NTB ini ketika banyak hal yang membuat Saya bangga, karena Saya bangga, saya menyayangi dan memiliki NTB, karena NTB punya Saya, maka NTB akan Saya jaga dan Saya berikan yang terbaik yang Saya miliki. (*)

     

     Penulis adalah Koordinator Supporter Kesebelasan Laskar Undru-Lombok Tengah, tinggal di Praya, Lombok Tengah.