KORAN SUDAH TAK LAGI HARIAN

id

     Jakarta (ANTARA) - Jika ada kota yang sedang membutuhkan kekuatan jurnalisme,  tempat itu pasti New Orleans Amerika Serikat.

    

     Seperti dilansir dari American Journalism Review, sebelum dihantam badai Katrina, kota yang indah itu telah diselimuti berbagai permasalahan sosial, masalah yang seharusnya diawasi ketat oleh media massa.

     Setelah Katrina, keberadaan jurnalisme yang penuh tanggung jawab sangat dibutuhkan bagi kota yang berusaha keras untuk membangun kembali wajahnya itu.

     Justru pada saat penting seperti sekarang, media cetak di kota tersebut, Times-Picayune, memutuskan hanya terbit tiga kali seminggu.

     Koran yang bernaung di bawah Newhouse ini juga akan mengencangkan ikat pinggang dan mengurangi jumlah karyawan.

     Penerbit Times-Picayune, Ashton Phelps Jr. mengumumkan bahwa korannya hanya terbit tiga hari dalam seminggu: Kamis, Jumat, dan Minggu.

     Newhouse sedang membuat usaha baru, NOLA Media Group, yang dideskripsikan Phelps sebagai "perusahaan berfokus digital yang akan diluncurkan di musim gugur ini dan akan mengembangkan cara baru dan inovatif untuk menyampaikan berita dan informasi via online dan pembaca dari ponsel,".

     Tentu saja ada pemutusan hubungan kerja walau detilnya tidak disebutkan oleh Phelps.

     Gambit, media mingguan alternatif di New Orleans, menyebutkan pegawai Times-Picayune akan dikurangi setidaknya sepertiganya (dari 150 reporter menjadi 100 atau kurang dari itu).

     Tidak heran bila media online menjadi pilihan saat ini. Sirkulasi koran memang menurun seiring hidup masyarakat yang semakin bergantung pada digital. Bukan hal mengejutkan bila media harian kini tidak muncul setiap hari.

     "Isu bahwa media cetak bisa tersingkir kini bukan teori lagi," ungkap konsultan media Alan Mutter.

     Faktanya, Newhose sudah membuktikan teori itu sejak lama. Tiga tahun lalu, media Ann Arbor News menjadi portal berita online pertama dengan edisi cetak hanya dua kali seminggu.

     Newhouse juga mengumumkan akan mengurangi frekuensi cetak tiga koran di Alabama hanya terbit sebanyak tiga kali seminggu.

     Selain mengurangi jadwal terbit, bagian-bagian yang tidak meraih profit gendut pun dihilangkan. Yang tersisa hanyalah edisi yang menguntungkan.

     Media massa New Orleans di masa depan tidak bergantung pada seberapa sering media konvensional seperti koran akan dicetak, tapi kualitas beritanya.

     Phelps menyatakan Times-Picayune edisi baru akan terbit sebagai "koran yang lebih hebat" dengan edisi terbit yang terbatas. Jika itu memang yang akan terjadi  yaitu  koran-koran dan NOLA.COM dipenuhi laporan bagus, tentu ini kabar baik. Yang terpenting tentunya selalu kualitas jurnalisme, bukan platform yang dipakai untuk menyebarkan berita tersebut.

     Tapi bagaimana jika hal itu tidak terjadi? Jika benar pengurangan karyawan akan berlangsung besar-besaran, tentu semakin sedikit sumber daya manusia. Padahal, mereka mengurusi portal berita dan tiga edisi media cetak tiap minggu. Harap ingat, berita bermutu tentu perlu komitmen serius.

     Menurut laporan The Times, dua orang editor utama juga akan angkat kaki. Pengelolaan lembaga pemberitaan yang baru tapi tanpa panduan  pemimpin berpengalaman tentu bukan hal bagus.

     Kekhawatiran lain muncul: situs NOLA.COM yang baru didesain ulang tidak terlihat seperti jurnalisme yang bertujuan melayani masyarakat.

     Jika restrukturisasi radikal di New Orleans ini menghasilkan media baru yang masih berpegang teguh pada prinsip jurnalisme sebenarnya, semua orang bisa bernafas lega.

     Tapi jika ada udang di balik batu, bila itu hanyalah akal-akalan untuk mengurangi pengeluaran dan melupakan fungsinya sebagai pelayan masyarakat, maka ini adalah tragedi dan aib yang memalukan.

(*)