PESERTA LATSITARDANUS PERTANYAKAN KENDALA BUDAYA DALAM PEMBANGUNAN

id

Mataram, 17/11 (ANTARA) - Peserta Latihan Integrasi Taruna Wreda Nusantara (Latsitardanus) ke-33, mempertanyakan kendala budaya dalam pembangunan di wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB), beserta solusi penanganannya. "Budaya seringkali menjadi kendala dalam pembangunan, bagaimana di NTB, budaya seperti apa dan bagaimana menyikapinya agar pembangunan tidak terhambat," kata Andi Muhammad, peserta Latsitardanus dari Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), dalam kegiatan pembekalan peserta Latsitardanus, di Mataram, Sabtu. Latsitardanus 2012 itu dipusatkan di Pulau Lombok, NTB, selama sebulan, terhitung sejak 17 November hingga 17 Desember 2012, yang diikuti lebih dari 1.200 orang. Peserta Latsitadanus itu berasal dari para taruna tiga kesatuan di TNI yakni Angkatan Darat, Udara, dan Laut, serta polri dan taruna Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN), dan para mahasiswa. Menurut Direktur Pendidikan Akademi TNI Brigjen TNI Agung Suaradhana, secara keseluruhan peserta dan instruktur serta pembina Latsitardanus 2012 itu mencapai lebih dari 1.200 orang. Pembekalan yang berlangsung lebih dari dua jam itu digelar di Gedung Graha Bhakti Kantor Gubernur NTB di Mataram, Sabtu, yang melibatkan Gubernur NTB TGH M Zainul Majdi, Kapolda NTB Brigjen Pol M Iriawan, dan Komandan Korem (Danrem) 162/Wira Bhakti Kolonel Inf Zulfardi Junin, sebagai pemberi arahan. Setelah ketiga pembicara itu memaparkan kondisi demografi NTB, kondisi sosial budaya, hingga potensi pariwisata dan keunggulan daerah di berbagai sektor, kondisi kamtibmas beserta upaya penangananannya, hingga kondisi kewilayahan teritorial terkait tugas pokok TNI, dilanjutkan dengan dialog. Andi Muhammad yang berasal dari Kabupaten Pinrang, Provinsi Sulawesi Selatan itu, meyakini dari sekian banyak budaya di NTB, ada yang menjadi kendala dalam proses pembangunan bangsa dan negara, teristimewa pembangunan daerah. "Mohon kiranya Pak Gubernur dapat menjelaskan budaya apa itu dan bagaimana solusi penanganannya, terutama yang berkaitan dengan pembangunan daerah NTB," ujarnya. Penanya lainnya yakni Kharisma, dari taruni Akademi Kepolisian (Akpol), yang menanyakan cara mengelola semua pemangku kepentingan untuk secara bersama-sama membangun NTB hingga masa mendatang. Menanggapi pertanyaan Andi, Gubernur NTB TGH M Zainul Majdi, mengakui budaya memiliki peran besar dalam pembangunan di wilayah kepemimpinannya itu. "Perangkat budaya itu sangat pokok di NTB, dengan semua nilai-nilai yang ada. Tapi tidak semua aspek budaya yang kita warisi dari pendahulu, dapat serta-merta diimplementasikan pada masa sekarang," ujarnya. Menurut Zainul, jika ada budaya yang cenderung mengedepankan kekerasan atau nilai-nilai yang kurang baik, maka budaya itu harus ditinggalkan. Kendati demikian, pada kesempatan itu gubernur tidak menyebut budaya yang layaknya ditinggalkan itu. Sebaliknya, budaya yang bernilai positif dikembangkan dan diwariskan ke anak cucu, melalui berbagai cara dan melibatkan pihak-pihak terkait. Karena itu, pemerintah daerah di NTB aktif membantu lembaga pranata adat yang tumbuh di wilayah NTB yang mencakup tiga suku besar yang ada di daerah itu, yakni suku Sasak (Lombok), Samawa (Sumbawa) dan Mbojo (Bima-Dompu). "Kami juga secara bersama-sama tokoh adat dan masyarakat lainnya terus berupaya menyosialisasikan nilai-nilai budaya yang baik itu, untuk membantu proses pembangunan di wilayah NTB," ujarnya. Untuk pertanyaan Kharisma, Zainul menjelaskan bahwa pihaknya mengutamakan prinsip ketulusan hati dan kemauan untuk mendengar. "Di NTB ini, Alhamdulillah, tidak ada cerita seperti di daerah lain, yakni gubernur dan wakil gubernur atau bupati dan wakil bupati serta wali kota dan wakil wali kota yang tidak akur. Tidak ada tegang-tegangan, kami semua bersama-sama membangun daerah. Diawal kepemimpinan saya, saya datangi para bupati/wali kota satu persatu," ujarnya. ***1***