BI: pertumbuhan ekonomi NTB yang tinggi dibayangi tekanan inflasi

id BI Provinsi NTB,Pertumbuhan Ekonomi,Inflasi

BI: pertumbuhan ekonomi NTB yang tinggi dibayangi tekanan inflasi

Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat, Achmad Fauzi (tengah), berdialog dengan pedagang bawang merah di pasar tradisional Mandalika, Kota Mataram. (ANTARA/Awaludin)

Mataram (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) menyatakan pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat pada triwulan IV-2022 yang diproyeksikan mencapai 7,10 persen (yoy), masih dibayangi oleh tantangan inflasi.

"Inflasi NTB pada Oktober 2022 tercatat sebesar 6,57 persen (yoy), masih cukup tinggi meski sudah sedikit melandai dari bulan sebelumnya yang mencapai 6,84 persen (yoy)," kata Deputi Kepala Perwakilan BI Provinsi NTB, Achmad Fauzi, dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia tahun 2022, di Mataram, Rabu.

Meskipun inflasi masih relatif tinggi, lanjut Fauzi, kondisi tersebut bukan menggambarkan pesimisme, tetapi itulah tantangan yang perlu diatasi bersama untuk pemulihan ekonomi yang semakin kuat.

Oleh sebab itu, Kantor Perwakilan BI Provinsi NTB terus berupaya untuk melakukan pengendalian inflasi daerah melalui pengembangan sembilan klaster untuk komoditas penyumbang tekanan inflasi terbesar, yakni klaster cabai rawit dan bawang putih di Kabupaten Lombok Timur.

Selain itu juga klaster bawang merah di Kabupaten Lombok Utara, dan Bima, klaster padi di Kabupaten Lombok Tengah, klaster telur ayam ras di Kabupaten Lombok Utara, dan klaster sapi di Kabupaten Lombok Utara, dan Sumbawa.

Ia menambahkan pihaknya bersama Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota telah melakukan berbagai langkah pengendalian inflasi melalui penerapan strategi 4K, yakni keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan komunikasi yang efektif.

"Strategi 4K itu sudah terlaksana, di antaranya mencakup koordinasi yang semakin intensif, peningkatan frekuensi operasi pasar murah dan sidak pasar, serta pelaksanaan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP)," ujarnya.

Ia menyebutkan bukti konkrit dari berbagai upaya pengendalian inflasi tersebut adalah raihan tiga TPID Awards pada 2022, yakni TPID Provinsi terbaik, TPID Kabupaten/Kota indeks harga konsumen (IHK) terbaik, dan TPID Kabupaten/Kota non-IHK berprestasi.

"Ke depan kami terus berupaya untuk mendukung inovasi penjualan produk pertanian secara daring (online), penguatan data dan asesmen inflasi serta optimalisasi pertanian digital dan kerja sama antar daerah," ucapnya.

Sebelumnya, pertumbuhan ekonomi NTB pada triwulan IV-2022 diperkirakan pada kisaran 6,3 persen hingga 7,1 persen, sedangkan untuk keseluruhan tahun pada kisaran 6,4 persen hingga 7,2 persen (yoy).