REDI paparkan hasil diagnosis pertumbuhan ekonomi ntb

id REDI, pertumbuhan ekonomi NTB, kajian

Mataram, (Antara) - Lembaga konsultan dan penelitian independen Regional Economic Development Institute (REDI), memaparkan laporan diagnosis pertumbuhan ekonomi di wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB) hasil analisis dan kajian selama 10 bulan.

"Hasil analisis dan kajian ini penting bagi Pemerintah Provinsi NTB terutama bagi pejabat terkait," kata Senior Expert United States Agency for International Development (USAID) Prof Anwar Nasution, pada seminar sehari, di Mataram, Kamis.

Seminar itu merupakan wadah untuk mempresentasikan hasil analisis dan kajian tentang diagnosis pertumbuhan ekonomi di Provinsi NTB.

USAID mendanai analisis dan kajian pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia, yang dalam pelaksanaannya dibentuk REDI.

Sejauh ini, analisis dan kajian pertumbuhan ekonomi itu sudah dilakukan di tiga provinsi yakni, Jawa Timur, Jawa Tengah dan NTB.

Setelah mempresentasikan hasil analisis dan kajian itu, laporan diagnosis pertumbuhan ekonomi di Provinsi NTB itu diserahkan manajemen REDI kepada Pemprov NTB yang diterima Asisten Administrasi Perekonomian dan Pembangunan Setda NTB H Abdul Haris.

Khusus untuk NTB, diprospek dari dua aspek utama yakni sektor pariwisata dan pertanian, terkait Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) yang dicanangkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, pada 27 Mei 2011, sesuai keunggulan daerah.

Dalam MP3EI, NTB berada dalam koridor yang sama dengan Provinsi Bali dan NTT yang memprioritaskan pembangunan di bidang pariwisata dan pangan.

Anwar mengatakan, dari pemaparan laporan diagnosis pertumbuhan ekonomi NTB itu diharapkan dapat menghasilkan rumusan konkrit dalam meningkatkan kinerja pembangunan inklusif, dan menghasilkan alternatif penyelesaian dalam mengatasi berbagai kendala untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.

"Khusus untuk NTB penekanannya pada aspek infrastruktur dan legalitas perizinan. Selain itu terkait optimalisasi sumber daya air, karena ketika banyak orang datang ke NTB maka potensi sumber daya air harus jelas, apakah untuk dukungan usaha perhotelan dan infrastruktur lainnya atau untuk pertanian," ujarnya.

Sementara itu, Direktur REDI Indra N Fauzi mengatakan, studi tersebut menemukan beberapa kendala yang mengikat bagi pertumbuhan ekonomi di NTB.

Kendala tersebut diantaranya, musim kemarau di NTB yang lebih lama dan lebih parah berdasarkan letak geografisnya, mayoritas angkatan kerja di wilayah NTB berketrampilan rendah, infrastruktur irigasi tidak merata di seluruh kabupaten, cakupan jaringan jalan di Pulau Sumbawa terkait dengan kepadatan penduduk yang rendah.

Selain itu, hampir seluruh pelanggan PLN di NTB adalah rumah tangga, dan masalah listrik yakni rendahnya kapasitas terpasang dan penggunaan untuk sektor industri, akses terhadap lahan masih rendah, pajak dan biaya di NTB untuk menjalankan bisnis terlalu tinggi, dan perusahaan di NTB umumnya terlalu kecil untuk memenuhi syarat pilihan mekanisme keuangan dan perbankan.

"Hasil analisis dan kajian selama 10 bulan ini bertujuan membantu pemerintah daerah dalam merancang kebijakan ekonomi yang didasarkan pada bukti-bukti dan penelitian analitis," ujar Indra.(*)