PUSAT VULKANOLOGI REKOMENDASIKAN PENDAKIAN GUNUNG RINJANI DITUTUP

id



          Mataram, 3/5 (ANTARA) - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi di Bandung merekomendasikan penutupan pendakian Gunung Rinjani sehubungan dengan peningkatan status Gunung Barujari (anak Gunung Rinjani) dari normal level I menjadi waspada level II sejak 2 Mei pukul 16.30 Wita.

         Kepala Dinas Pertambangan dan Energi (Distamben) Nusa Tenggara Barat (NTB), Heryadi Rachmat di Mataram, Minggu, mengatakan, rekomendasi untuk menutup pendakian Gunung Rinjani itu sudah diteruskan kepada pengelola Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR).

         "Saya baru saja berkoordinasi dengan Kepala Balai TNGR, Arief Tongkagie, terkait rekomendasi Pusat Vilkanologi dan Mitigasi Bencana di Bandung itu, dan tampaknya pihak Balai TNGR akan mengindahkan rekomendasi itu" ujarnya.

         Gunung Rinjani merupakan gunung berapi aktif tipe A sehingga pemantauan aktivitas vulkaniknya terus dilakukan.

         Pada Gunung Rinjani yang tingginya mencapai 3.726 meter dari permukaan laut (dpl), terdapat dua kerucut di bagian timur danau atau kaldera Rinjani(Danau Segara Anak), masing-masing Gunung Barujari atau Gunung Tenga yang tingginya mencapai 2.376 meter dpl dan Gunung Mas atau Gunung Rombongan yang tingginya 2.110 meter dpl.

         Ia mengatakan, pada prinsipnya Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana menghendaki semua pihak mengantisipasi berbagai kemungkinan akibat peningkatan status Gunung Barujari itu.

         Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana di Bandung, DR Surono, melaporkan kepada sejumlah pihak termasuk Gubernur NTB, bahwa telah terjadi peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Barujari pada 2 Mei 2009 yang ditandai dengan letusan asap.

         Berdasarkan analisis data visual dan kegempaan maka Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana di Bandung menyatakan bahwa status Gunung Barujari itu dinaikkan dari normal level I menjadi waspada level II.

         Karena itu direkomendasikan kepada pihak-pihak terkait agar aktivitas pendakian ke puncak Gunung Rinjani atau Danau Segara Anak dihentikan sementara.

         Namun, masyarakat di sekitar kawasan Gunung Rinjani diharapkan tetap tenang, tidak terpancing isu-isu yang tidak jelas dan diharapkan selalu mengikuti arahan dari Satuan Koordinasi Pelaksana (Satkoorlak) atau Satuan Pelaksana (Satlak) Penanggulangan Bencana (PB) setempat.

         Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana itu menyebut daerah yang berpotensi terancam jatuhan abu dan material batu pijar Gunung Barujari itu berlokasi di dalam Danau Segara Anak, selain daerah di sekeliling Gunung Rinjani akibat tiupan angin.

         Semua pihak diminta untuk mewaspadai dampak letusan asap dan abu yang mengenai Danau Segara Anak hingga mempengaruhi limpahan air pada aliran sungai Kokok Putih.

         "Sungai tersebut merupakan satu-satunya pelimpahan air dari Danau Segara Anak sehingga masyarakat yang bermukim di sekitar aliran sungai itu perlu lebih waspada terhadap kemungkinan banjir bandang," ujar Heryadi.

         Selain itu, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana juga menyarankan pemerintah daerah meningkatkan koordinasi dengan tim tanggap darurat yang sedang berada di lapangan (pos pengamatan Gunung Rinjani/Gunung Barujari) di Desa Sembalun, Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur.(*)