Disperindag: Elpiji Bersubsidi Langka karena Meningkatnya Pemakaian

id Gas elpiji

Disperindag: Elpiji Bersubsidi Langka karena Meningkatnya Pemakaian

Ilustrasi - Tabung elpiji (Ist)

Padahal di Pulau Sumbawa, belum ada program konversi bahan bakar minyak tanah ke gas. Tapi masyarakat di sana sudah menggunakan elpiji bersubsidi. Ini hasil survei kami
Mataram,  (Antara) - Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Nusa Tenggara Barat H Lalu Imam Maliki mengatakan kelangkaan dan relatif mahalnya elpiji bersubsidi di Pulau Lombok, terjadi karena adanya peningkatan pemakaian, khususnya oleh masyarakat di Pulau Sumbawa.

"Padahal di Pulau Sumbawa, belum ada program konversi bahan bakar minyak tanah ke gas. Tapi masyarakat di sana sudah menggunakan elpiji bersubsidi. Ini hasil survei kami," katanya di Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), Senin.

Menurut dia, penggunaan elpji bersubsidi ukuran tabung tiga kilogram ditemukan di kawasan pesisir Kabupaten Sumbawa Barat dan Sumbawa. Bahan bakar gas tersebut disuplai dari kebutuhan untuk masyarakat Kabupaten Lombok Timur.

Adanya pendistribusian elpiji bersubsidi dari Pulau Lombok ke Pulau Sumbawa menyebabkan terjadinya kenaikan harga diikuti kelangkaan bahan bakar gas tersebut di Kabupaten Lombok Timur, yang menjadi daerah terdekat dengan Pulau Sumbawa.

Harga elpiji bersubsidi ukuran tabung tiga kilogram di Kabupaten Lombok Timur bervariasi, yakni Rp13.750, Rp18.000 hingga Rp20.000 per tabung. Harga paling mahal terjadi di tingkat pengecer.

"Kami akui terjadi kelangkaan disertai harga relatif mahal di Kabupaten Lombok Timur," ujarnya.

Menurut dia, kondisi kelangkaan bahan bakar gas bersubsidi tersebut juga sudah mulai terasa di Kota Mataram.

Oleh sebab itu, pihaknya sudah menyikapi masalah tersebut dengan PT Pertamina selaku badan usaha milik negara (BUMN) yang ditugaskan sebagai penyalur.

Pemerintah Provinsi NTB, kata Maliki, juga meminta PT Pertamina untuk menambah pasokan dari yang selama ini hanya 25 ribu hingga 30 ribu tabung per hari untuk memenuhi kebutuhan pada waktu-waktu tertentu. Terlebih saat ini sudah ada pemakaian oleh masyarakat di Pulau Sumbawa.

"Kami juga mendorong agar konversi bahan bakar minyak tanah ke bahan bakar gas di Pulau Sumbawa segera dilakukan," kata Imam.