BPS NTB: tiket pesawat sumbang inflasi

id Laju Inflasi

BPS NTB: tiket pesawat sumbang inflasi

(1)

"Hampir semua transaksi penjualan tiket terjadi di dua kota itu, sehingga sektor angkutan udara menyumbang inflasi"
Mataram (Antara NTB) - Badan Pusat Statistik Nusa Tenggara Barat mencatat laju inflasi gabungan Kota Mataram dan Kota Bima pada Oktober 2015 mencapai 0,29 persen disebabkan kenaikan harga tiket pesawat.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Nusa Tenggara Barat (NTB) H Wahyudin, di Mataram, Senin, menyebutkan angkutan udara di Kota Mataram, menyumbang pembentukan laju inflasi sebesar 0,12 persen, sedangkan di Kota Bima 0,26 persen.

"Angkutan udara ini masuk pada kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan yang memberikan kontribus besar terhadap laju inflasi NTB, yakni 0,97 persen," katanya.

Kelompok lain yang mengalami kenaikan indeks, adalah kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,69 persen, kelompok kesehatan sebesar 0,42 persen, kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga sebesar 0,41 persen.

Selain tu, kelompok sandang sebesar 0,05 persen, dan kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,02 persen.

Sementara penurunan indeks terjadi pada kelompok bahan makanan sebesar 0,23 persen.

Menurut Wahyudin, kenaikan harga tiket pesawat di Kota Mataram, sebagai dampak dari menggeliatnya dunia pariwisata serta aktivitas masyarakat NTB yang bepergian ke luar daerah melalui bandara, meskipun bandara berada di Kabupaten Lombok Tengah.

Hal itu dibuktikan dengan berbagai kegiatan pertemuan yang digelar pemerintah pusat di Pulau Lombok, serta berbagai even besar yang menghadirkan ribuan orang peserta, salah satunya Festival Hortikultura di Kota Mataram, pada Oktober 2015, dengan jumlah peserta lebih dari seribu orang dari berbagai daerah.

Berbeda dengan kondisi di Kota Bima. Menurut dia, sektor angkutan udara menyumbang inflasi karena aktivitas bepergian masyarakat di Kota Bima, menggunakan moda transportasi udara cukup ramai, meskipun bandara ada di Kabupaten Bima.

"Hampir semua transaksi penjualan tiket terjadi di perkotaan (Kota Mataram dan Kota Bima), sehingga sektor angkutan udara memberikan sumbangan inflasi di dua kota itu," ucapnya.

Inflasi yang disebabkan kenaikan harga tiket pesawat, menurut Wahyudin, perlu diantisipasi dengan penambahan frekuensi penerbangan ke beberapa kota yang paling ramai menjadi tujuan, seperti Jakarta dan Surabaya, Jawa Timur.

Selain itu, penerbangan dari Kabupaten Bima, dan Sumbawa menuju Pulau Lombok, dan dari Kabupaten Bima tujuan Denpasar, Bali, yang masih terbatas. (*)