Jasa Keuangan Penyumbang Tertinggi Pertumbuhan Ekonomi NTB

id PE NTB

Jasa Keuangan Penyumbang Tertinggi Pertumbuhan Ekonomi NTB

"Penyaluran kredit perbankan tumbuh sebesar 31,67 persen"
Mataram (Antara NTB) - Badan Pusat Statistik Nusa Tenggara Barat merilis laju pertumbuhan ekonomi daerah itu pada 2016 tanpa sektor pertambangan bijih logam mencapai 5,71 persen yang sebagian besar disumbang sektor jasa keuangan.

"Pertumbuhan terjadi pada sektor lapangan usaha, di mana kategori jasa keuangan mengalami laju pertumbuhan tertinggi, yaitu sebesar 12,32 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Nusa Tenggara Barat (NTB) Endang Tri Wahyuningsih, di Mataram.

Sektor lain yang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi NTB pada 2016 adalah pengadaan listrik dan gas sebesar 11,25 persen dan kategori penyediaan akomodasi serta makan minum sebesar 10,44 persen.

Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) NTB Yusri, menyebutkan total penyaluran kredit oleh industri perbankan di wilayah kerjanya periode Januari-November 2016 mencapai Rp32,97 triliun.

"Penyaluran kredit perbankan tumbuh sebesar 31,67 persen dibanding tahun sebelumnya yang tercatat Rp25,46 triliun," ujarnya.

Menurut dia, sebagian besar kredit disalurkan ke sektor perdagangan, yakni sebesar 23 persen, diikuti sektor pertambangan dan penggalian 15 persen. Sedangkan sektor pertanian, perkebunan, perikanan dan kehutanan hanya sebesar 2,10 persen dari total kredit.

Yusri menambahkan, komposisi kredit produktif lebih dominan, yakni sebesar 60 persen, sedangkan kredit konsumtif 40 persen.

Besarnya penyaluran kredit produktif menggambarkan perekonomian daerah dalam kondisi stabil dan mengalami perkembangan.

"Dalam lima tahun terakhir, baru kali ini pertumbuhan kredit di daerah kita cukup tinggi. Ini cukup menggembirakan seluruh sektor produktif berkembang. Selama ini kredit konsumtif lebih dari 50 persen," katanya menyebutkan.

Meningkatnya kinerja penyaluran kredit, kata dia, juga diikuti membaiknya "Non performing loan" (NPL) atau kredit bermasalah.

Kredit bermasalah di NTB, periode Januari-November 2016 mencapai 1,92 persen atau turun dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 2,23 persen.

Persentase kredit bermasalah di NTB, juga jauh di bawah NPL nasional sebesar 3,18 persen dari total kredit yang disalurkan perbankan sebesar Rp4.285 triliun pada 2016.

Yusri berharap kinerja industri perbankan di NTB akan terus membaik pada 2017, seiring dengan berkembangnya berbagai sektor di NTB, terutama pariwisata.

"Ekonomi harus tetap bagus, dengan begitu penyaluran kredit produktif dan konsumtif akan meningkat. Tapi kalau ekonomi melambat, pertumbuhan kredit juga bisa turun," katanya. (*)