Bulog NTB Gandeng Pesantren Jaga Harga Pangan

id BULOG RAMADAN

Bulog NTB Gandeng Pesantren Jaga Harga Pangan

Peluncuran Gerakan Stabilisasi Pangan ditandai pemotongan pita di kantor Bulog Divre NTB. (Foto ANTARA NTB/Awaludin)

"Kami sudah menjalin kerja sama dengan beberapa yayasan pondok pesantren (ponpes), salah satunya Nahdlatul Wathan"
Mataram (Antara NTB) - Perum Badan Urusan Logistik Divisi Regional Nusa Tenggara Barat menggandeng pondok pesantren untuk berperan menjaga kestabilan harga pangan, khususnya pada saat momen hari besar keagamaan.

"Kami sudah menjalin kerja sama dengan beberapa yayasan pondok pesantren (ponpes), salah satunya Nahdlatul Wathan," kata Kepala Bidang Komersil dan Pengembangan Bisnis Badan Urusan Logistik (Bulog) Divisi Regional (Divre) NTB Hery Sulistyo seusai meluncurkan Gerakan Stabilisasi Pangan, di Mataram, Rabu.

Ia mengatakan, kerja sama dengan pondok pesantren merupakan salah satu implementasi gerakan stabilisasi pangan yang tidak hanya dilakukan Bulog Divre NTB, tetapi secara nasional.

Pondok pesantren dilibatkan sebagai mitra strategis dalam menjaga kestabilan harga karena lembaga tersebut memiliki santri yang relatif banyak dan membutuhkan kebutuhan pokok setiap hari.

Jumlah pondok pesantren di NTB, juga relatif banyak dan menyebar di 10 kabupaten/kota.

Oleh karena itu, kata Hery, pihaknya menjadi mitra penyuplai bahan pangan, seperti beras, gula pasir, telur dan minyak goreng dengan harga eceran tertinggi yang sudah ditetapkan.

Untuk gula pasir dijual dengan harga Rp12.500, beras dalam kemasan Rp8.500 per kilogram, telur ayam ras Rp37.000 per tray dan minyak goreng kemasan Rp25.000 per dua liter.

"Empat komoditas tersebut kami suplai ke sarana penjualan milik yayasan untuk kemudian dijual kepada santri dan masyarakat umum di sekitarnya," ujarnya.

Menurut dia, harga jual empat komoditas pangan tersebut di lingkungan pondok pesantren sama dengan yang diterapkan Bulog Divre NTB pada saat kegiatan gerakan stabilisasi pangan di pasar tradisional Mandalika, Kebon Roek, dan Pagesangan, Kota Mataram.

Kegiatan tersebut digelar mulai 17 Mei hingga satu minggu setelah Lebaran Idul Fitri 1438 Hijriah.

GSP, lanjut Heri, juga dilakukan dengan cara memperbanyak Rumah Pangan Kita (RPK) di tingkat lingkungan warga. Tujuannya adalah untuk mendekatkan penjualan kebutuhan pokok kepada masyarakat dengan harga terjangkau.

"Kami berikan tenda payung dan meja bagi masyarakat yang ingin membuka RPK sebagai sarana menjual kebutuhan pokok berupa beras, gula pasir, telur ayam ras dan minyak goreng," ujarnya.

Bulog Divre NTB juga menjalin kemitraan dengan para guru agar mereka ikut berperan menjaga harga pangan dengan cara membeli di RPK terdekat atau diantarkan langsung dengan volume pembelian relatif banyak.

Upaya menjaga kestabilan harga kebutuhan pokok, khususnya menjelang bulan puasa Ramadhan juga dilakukan dengan menggelar pasar murah di lokasi-lokasi strategis, seperti lapangan Sankareang Mataram. Lokasi tersebut relatif mudah dijangkau masyarakat dan dekat dengan pusat pemerintahan Kota Mataram dan Pemerintah Provinsi NTB.

Melalui gerakan stabilisasi pangan, kata Heri, diharapkan bisa membatasi ruang gerak spekulan yang berniat mempermainkan harga, khususnya untuk empat komoditas pangan strategis tersebut.

"Seluruh Bulog secara serentak pada hari ini meluncurkan Gerakan Stabilisasi Pangan," katanya. (*)