BI Membangun Pengolahan Limbah Ternak di Sumbawa

id BI NTB

BI Membangun Pengolahan Limbah Ternak di Sumbawa

Kepala Perwakilan BI NTB Prijono (tengah) meletakkan batu pertama pembangunan sarana pengolahan limbah ternak. (Foto ANTARA NTB/ist)

"Bantuan tersebut melengkapi serangkaian bantuan yang telah diberikan BI sebelumnya"
Mataram (Antara NTB) - Kantor Perwakilan Bank Indonesia Nusa Tenggara Barat memberikan dana bantuan kepada Kelompok Ternak Liang Bukal, Desa Batu Tering, Kabupaten Sumbawa Besar, untuk membangun sarana pengolahan limbah ternak.

"Nilai bantuannya sebesar Rp150 juta. Bantuan sudah kami serahkan beberapa hari lalu," kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Nusa Tenggara Barat (NTB) Prijono, di Mataram, Minggu.

Ia mengatakan Kelompok Ternak Liang Bukal dipilih sebagai percontohan pengembangan konsep peternakan terintegrasi di Kabupaten Sumbawa karena merupakan kelompok ternak binaan Bank Indonesia.

Bantuan yang diberikan berupa alat biodigester berkapasitas 17 meter kubik. Bantuan biodigester tersebut lengkap terdiri dari bak penampung limbah ternak, pengolahan pupuk padat dan cair. Selain itu, generator alat pembangkit listrik dari biogas kotoran tenak berkapasitas 1.000 watt dan alat pengemasan pupuk biourine.

"Bantuan tersebut melengkapi serangkaian bantuan yang telah diberikan BI sebelumnya berupa pembuatan jaringan pipa dari sumber mata air ke desa, serta pembuatan kandang komunal," ujarnya.

Prijono mengimbau agar warga dapat melakukan ternak dengan metode dikandangkan dibandingkan dengan metode dilepas.

Di Sumbawa sendiri, lanjut dia, budi daya pemeliharaan sapi masih menjadi usaha sampingan, di mana sapi dilepas dan tidak dipantau.

Padahal, dengan metode dikandangkan, peternak dapat memperoleh banyak keuntungan dengan lebih mudah mengontrol kebutuhan pakan, sehingga kenaikan bobot ternak lebih terukur.

"Dalam jangka panjang, metode dikandangkan tersebut akan memudahkan warga dalam memanfaatkan kotoran sapi baik padat maupun cair untuk dijadikan pupuk melalui metode fermentasi," ucapnya pula.

Menurut dia, selama ini kotoran sapi menjadi limbah dan mencemari lingkungan. Padahal, apabila diolah secara tepat, kotoran tersebut dapat memberikan manfaat ekonomi tinggi sekaligus mendorong pertanian organik ramah lingkungan.

Dengan kapasitas puluhan ekor sapi yang ada, diperkirakan mampu menghasilkan pupuk sekitar sembilan ton per bulannya, sehingga cukup untuk menjadi pupuk dasar pada lahan pertanian seluas sembilan hektare.

"Makanya kami memberi perhatian terhadap optimalisasi sektor pertanian dan peternakan karena merupakan sektor utama penopang perekonomian daerah," kata Prijono.

Kantor Perwakilan BI NTB juga sudah memberikan dana bantuan senilai Rp250 juta kepada Kelompok Ternak Ngiring Datu, di Dusun Karang Kendal, Desa Genggelang, Kabupaten Lombok Utara.

Dana tersebut juga diarahkan untuk pengembangan konsep peternakan terintegrasi yang dilengkapi dengan sarana pengolahan limbah ternak. (*)