BI: Belum Ada Ruang Penurunan Suku Bunga

id Bank Indonesia

BI: Belum Ada Ruang Penurunan Suku Bunga

Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaiswara. (ANTARA News)

"Kalau sekarang 4,25 persen itu sudah cukup rendah dan itu sudah cukup mendorong investasi"
    Jakarta (Antara NTB) - Bank Indonesia memberikan sinyal belum ada ruang baru untuk menurunkan kembali suku bunga acuan atau BI "seven days repo rate" karena suku bunga saat ini sebesar 4,25 persen sudah lebih rendah dibandingkan dengan posisi sebelumnya.

         "Kalau sekarang 4,25 persen itu sudah cukup rendah dan itu sudah cukup mendorong investasi," kata Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaiswara setelah memberikan sambutan pada pelatihan wartawan daerah di Jakarta, Senin.

         Menurut dia, bank sentral telah menurunkan tingkat suku bunga sebanyak delapan kali sebesar 2 persen sejak Januari 2016, meski bank sentral AS menaikkan suku bunga tiga kali dan rencananya Desember 2017, the Fed menaikkan suku bunga kembali.

         Penurunan hingga delapan kali itu, kata dia, terjadi karena ekonomi makro dapat dikendalikan dengan baik karena inflasi saat ini dapat dikendalikan di bawah 4 persen.

         "Suku bunga sangat berkaitan dengan inflasi. Tidak bisa kami bicara turunkan suku bunga tanpa menurunkan inflasi, bukan berarti turunkan inflasi sesaat tetapi harus permanen," ucapnya.

         Mirza memperkirakan hingga akhir tahun 2017, inflasi diprediksi berada pada rentang 3,0-3,5 persen atau sama dengan inflasi tahun 2016 yang mencapai 3,0 persen dan tahun 2015 mencapai 3,3 persen.

         "Artinya tiga tahun terakhir berturut-turut bisa mengendalikan inflasi pada level yang rendah," katanya saat memberikan pengarahan kepada 580 awak media dari seluruh Indonesia.

         Selain inflasi yang terkendali, penurunan suku bunga acuan dapat dilakukan saat defisit ekspor dan impor barang jasa dapat dikendalikan sekitar 1,7-1,8 persen dari produk domestik bruto (PDB) atau tercatat lebih rendah dibandingkan kuartal kedua tahun 2013 yang sempat mencapai 4,2 persen dari PDB.

         Ia memperkirakan tahun 2018, defisit ekspor dan impor barang jasa mencapai kisaran 2-2,3 persen dari PDB yang dinilai masih sehat.

         "Pemerintah mengendalikan fiskal anggaran juga sangat dan mengendalikan utang luar negeri terhadap PDB yang hanya 34 persen, itu yang membuat kami bisa menurunkan suku bunga," katanya. (*)