Pembangunan depo mini elpiji Lombok 50 persen

id Depo Elpiji Lombok,Sekotong Lombok Barat

Pembangunan depo mini elpiji Lombok 50 persen

Proses pembangunan bola `spherical tank` Depo Mini Elpiji Lombok, di Sekotong, Kabupaten Lombok Barat, NTB. (Foto Antaranews NTB/ist)

Proses pembangunannya dikejar sampai akhir tahun dan sekarang ini masih dalam proses pembangunan bola `spherical tank`
Mataram (Antaranews NTB) - Perseroan Terbatas Pertamina membangun depo mini "Liquefied petroleum gas" (LPG) atau elpiji di Sekotong, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, sejak Oktober 2017 dan sudah mencapai 50 persen.

"Proses pembangunannya dikejar sampai akhir tahun dan sekarang ini masih dalam proses pembangunan bola `spherical tank`," kata Sales Eksekutif Elpiji Rayon IX PT Pertamina Firdaus Sustanto.

Ia mengatakan pembangunan depo mini elpiji tersebut sebagai langkah untuk menjaga ketahanan stok bahan bakar gas di lima kabupaten/kota di Pulau Lombok, NTB. Seluruh kabupaten itu sudah melaksanakan program konversi bahan bakar minyak ke bahan bakar gas.

Proses pembangunan depo mini elpiji berkapasitas 2 x 1500 metriks ton (MT) tersebut dilakukan oleh PT Patra Niaga yang merupakan anak perusahaan PT Pertamina.

Menurut Firdaus, jika infrastruktur tersebut sudah beroperasi pada 2019, maka pemilik lima stasiun pengisian bahan bakar elpiji (SPBE) di Pulau Lombok, tidak perlu lagi mengirim kendaraan `skytank` ke Depo Pertamina Manggis di Bali.

Keberadaan depo mini elpiji tersebut juga akan menambah ketahanan stok elpiji di Pulau Lombok, dari sebelumnya hanya tiga hari menjadi enam hari. Tentunya, dengan asumsi bahwa pengangkutan elpiji dari Situbondo, Jawa Timur, ke Pulau Lombok, tetap lancar sesuai jadwal.

"Saat ini, ketahanan stok hanya tiga hari dan itu tergantung kondisi cuaca di perairan laut. Kalau ada kendala di laut, pasokan dari Depo Pertamina Manggis bisa terhambat," ujarnya.

Meskipun ketahanan stok hanya tiga hari, kata dia, ketersediaan elpiji, baik bersubsidi ukuran tabung tiga kilogram maupun nonsubsidi relatif terjaga selama ini. Artinya, tidak ada isu-isu kelangkaan.

Relatif terjaganya pasokan dan harga elpiji bersubsidi juga disebabkan sudah tidak begitu banyaknya petani menggunakan bahan bakar gas untuk proses mengoven tembakau virginia.

"Isu kelanggkan sudah tidak ada lagi karena omprongan tembakau sudah jarang pakai elpiji bersubsidi," ucap Firdaus sambil berharap kondisi ketersediaan elpiji bersubsidi tetap aman selama Ramadhan 1439 Hijriah.

PT Pertamina menambah sebanyak 275.520 tabung elpiji bersubsidi (melon) atau 13 persen dari kebutuhan normal bulanan untuk mengantisipasi meningkatnya permintaan konsumen di Pulau Lombok, selama bulan puasa.

Penambahan dilakukan karena melihat trend kenaikan permintaan tabung elpiji ukuran tiga kilogram tersebut pada bulan puasa tahun 2017 sebesar 7 persen.

"Penambahan sudah berjalan sejak awal Mei 2018. Jadi kalau ditotal jumlah tabung elpiji bersubsidi sebanyak 2.359.840 buah yang beredar di Pulau Lombok selama Ramadhan 1439 Hijriah," kata Firdaus. (*)