Jakarta (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia Agustus 2024 mengalami surplus 2,90 miliar dolar AS terutama berasal dari sektor nonmigas.
"Pada Agustus 2024, neraca perdagangan barang Indonesia kembali mengalami surplus sebesar 2,90 miliar dolar AS. Surplus ini lebih tinggi dibandingkan dengan surplus neraca perdagangan pada bulan lalu (Juli)," ujar Deputi Bidang Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini di Jakarta, Selasa.
Dengan demikian, lanjutnya, neraca perdagangan Indonesia telah mencatat surplus selama 52 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.
Surplus neraca perdagangan Agustus 2024 ini lebih ditopang oleh surplus pada komoditas nonmigas, yaitu sebesar 4,34 miliar dolar AS dengan komoditas penyumbang surplus utamanya adalah yang pertama bahan bakar mineral, kemudian lemak dan hewan atau nabati, serta besi dan baja.
Surplus neraca perdagangan nonmigas Agustus 2024 ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan bulan Juli, tetapi lebih rendah jika dibandingkan dengan bulan yang sama pada tahun yang lalu.
Pada saat yang sama, neraca perdagangan komoditas migas tercatat defisit 1,44 miliar dolar AS dengan komoditas penyumbang defisit yang pertama adalah hasil minyak dan minyak mentah. Defisit neraca perdagangan migas Agustus 2024 ini tidak sedalam bulan sebelumnya, tetapi masih lebih dalam jika dibandingkan dengan bulan yang sama pada tahun lalu.
Secara kumulatif hingga Agustus 2024, surplus neraca perdagangan barang Indonesia mencapai 18,85 miliar dolar AS. Jika dilihat lebih rinci secara kumulatif neraca perdagangan barang nonmigas mengalami surplus sebesar 32,54 dolar AS. Sementara defisit neraca perdagangan migas mencapai 13,69 miliar dolar AS.
Selanjutnya neraca perdagangan Indonesia menurut mitra dagang, pada Agustus 2024 Indonesia mengalami surplus perdagangan barang dengan beberapa negara dan tiga terbesarnya adalah Amerika Serikat yaitu sebesar 1,71 miliar dolar AS, kemudian India sebesar 1,08 miliar dolar AS, dan Filipina sebesar 0,85 miliar dolar AS.
Secara lebih rinci komoditas penyumbang surplus terbesar pada Agustus 2024, yang pertama untuk negara Amerika Serikat yaitu didorong oleh komoditas mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya, kemudian pakaian dan aksesoris atau rajutan, serta alas kaki.
Kemudian yang kedua adalah India, surplus terbesar adalah pada komoditas bahan bakar mineral, kemudian minyak dan minyak hewan nabati, serta besi dan baja. Berikutnya Filipina, surplus terbesar ada pada komoditas bahan bakar mineral, kemudian kendaraan dan bagiannya, serta lemak dan minyak hewani atau nabati.
Sementara itu Indonesia juga mengalami defisit perdagangan dengan beberapa negara dan tiga terdalam diantaranya adalah Tiongkok yaitu sebesar 1,10 miliar dolar AS, kemudian Australia yaitu sebesar 0,55 miliar dolar AS, dan Singapura sebesar 0,31 miliar dolar AS.
Secara lebih rinci komoditas penyumbang defisit terbesar pada Agustus 2024, yang pertama untuk negara Tiongkok yang didorong oleh komoditas mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya, kemudian mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya, serta kendaraan dan bagiannya.
Baca juga: Ekspor Indonesia Agustus 2024 catat 23,56 miliar dolar AS
Baca juga: Pemkab Lombok Timur dan BPS sosialisasikan literasi statistik kepada mahasiswa
Untuk Australia, defisit yang terbesar ada pada komoditas logam mulia dan perhiasan/permata, bahan bakar mineral, serta bijih logam, terak, dan abu. Sedangkan untuk Singapura, defisit yang terbesar pada komoditas bahan kimia organik, mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya, serta plastik dan barang dari plastik.
Berita Terkait
Ekonom prediksi BI bakal pangkas suku bunga 25 bps
Rabu, 20 November 2024 17:59
Dinkes: Kenaikan IPM di NTB harus dipertahankan
Sabtu, 16 November 2024 14:08
Nilai impor NTB naik 97,92 persen pada Oktober 2024
Jumat, 15 November 2024 16:47
BPS: Nilai ekspor NTB capai 105,10 juta dolar AS pada Oktober 2024
Jumat, 15 November 2024 16:45
Indeks Pembangunan Manusia Indonesia meningkat jadi 75,02
Jumat, 15 November 2024 13:32
NTB gelar 23 pangan murah untuk stabilkan harga
Kamis, 7 November 2024 20:31
Ekonom proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,15 persen pada 2025
Rabu, 6 November 2024 21:03
Tingkat pengangguran terbuka NTB turun 2,73 persen di 2024
Rabu, 6 November 2024 5:29