Rumah potong unggas Mataram akan berstandar nasional

id rumah potong ,ayam broiler,RPU mataram

Rumah potong unggas Mataram akan berstandar nasional

ilustrasi - Ayam kampung unggul Balitbang. (ANTARA TV)

Mataram, 18/10 (Antara) - Dinas Pertanian Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, menyatakan siap menjadikan rumah potong unggas (RPU) berstandar nasional agar ayam broiler produk lokal bisa masuk ke pasar modern.

Kepala Dinas Pertanian Kota Mataram H Mutawalli di Mataram, Kamis, mengatakan, salah satu faktor yang menghambat peternak lokal mendapat kesempatan masuk ke pasar modern adalah belum adanya RPU berstandar nasional.

"Jadi pasokan daging ayam beku untuk pasar-pasar modern di kota ini masih didatangkan dari luar daerah oleh para pengusaha-pengusaha kelas nasional," katanya pada pertemuan dengan Asosiasi Ayam Petelur Lombok dan pengusaha ayam Mataram.

Menurutnya, sebuah RPU berstandar nasional mengedepankan higienitasnya, yaitu setelah melalui proses pemotongan, ayam tidak boleh tersentuh tangan secara langsung hingga ke tahap pengemasan.

"Jadi yang bermain dari mesin ke mesin, sementara rata-rata RPU peternak termasuk RPU milik pemerintah kota masih melakukannya secara manual," katanya.

Namun demikian, apabila ada pengusaha ayam broiler yang mau mengoptimalkan RPU pemerintah kota yang saat ini berada di areal Pasar Pagesangan, maka Distan siap melakukan pembahan fasilitas, sarana dan prasarana untuk menjadikannya RPU berstandar nasional.

"Dengan demikian, fasilitas tersebut bisa membuka peluang bagi para pengusaha ayam lokal untuk bersaing ke tingkat nasional dan mengambil peluang memasukkan hasil produksi ke pasar modern termasuk lelang untuk rumah makan siap saji. Seperti KFC, McDonalds dan lainnya," ujarnya.

Menurunya, jumlah pengusaha ayam broiler di Pulau Lombok yang besar tercatat sekitar 10 orang,? dengan rata-rata produksi per hari sebanyak 10 ribu hingga 15 ribu ekor.

"Selama ini pangsa pasarnya hanya ke pasar tradisional, hotel, restoran dan katering. Tapi pascabencana gempa bumi, permitaan daging ayam untuk hotel, restoran dan katering masih sangat minim seiring dengan kondisi pariwisata," ujarnya.

Kondisi itu diakui oleh Fathurrahman salah seorang pengusaha ayam broiler dari perusahaan Baling-Baling Bambu, menyatakan pascagempa bumi harga ayam broiler anjlok dan produksi turun drastis.

"Dari produksi sehari 10 ribu hingga 15 ribu ekor, saat itu kita hanya mampu menjual 9.000 ekor dengan harga di bawah biaya produksi," katanya.

Namun dengan adanya peluang kerja sama luar daerah, pihaknya akhirnya bisa mengirim hasil produksi ke Pulau Bali, meskipun sedikit terlambat. Tapi dampak dari pengiriman tersebut, stok ayam broiler lokal saat ini tipis sehingga memicu kenaikan harga di pasar hingga Rp40 ribu per kilogram.

"Saat harga anjlok, daging ayam broiler hanya Rp25 ribu per kilogram bahkan bisa turun lagi saat siang dan sore," ujarnya.

Sementara menyinggung tentang peluang masuk ke pasar modern dengan fasilitas RPU berstandar nasional dari Pemerintah Kota Mataram, Fathurrahman mengatakan, hal tersebut belum dapat disanggupinya.

"Salah satu kendala adalah jarak tempuh, sebab kita bermain dengan waktu. Selain itu, jika jarak pemotongan terlalu jauh dengan kandang berisiko bagi pengusaha," katanya.