PUPR Mataram belum terima laporan tanggul longsor

id tanggul longsor,PUPR Mataram,Nusa Tenggara

PUPR Mataram belum terima laporan tanggul longsor

ABRASI PANTAI Pengendara sepeda motor melintas dijalan yang amblas akibat abrasi di pantai Suryawangi, Kelurahan Suryawangi, Kecamatan Labuhan Haji, Selong, Lombok Timur, NTB, Selasa (12/10). Ratusan meter jalan dan tanggul dipinggiran pantai daerah tersebut amblas akibat terkena abrasi sejak tahun lalu namun hingga saat ini pemerintah daerah setempat belum melakukan upaya perbaikan.Foto:Ahmad Subaidi/ ANTARAMataram.com/10

Mataram (Antaranews NTB) - Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), menyatakan, sampai saat ini belum menerima laporan adanya tanggul longsor akibat hujan deras yang terjadi di kota itu.

"Alhamdulillah, sampai sekarang kami belum menerima laporan adanya tanggul sungai, irigasi maupun drainase yang rusak apalagi menyebabkan longsor akibat hujan deras," kata Kepala Dinas PUPR Kota Mataram, H Mahmuddin Tura ,di Mataram, Rabu.

Menurutnya, kondisi tanggul sungai, irigasi dan drainase di kota Mataram relatif sudah baik, karena menggunakan konstruksi berupa batu pasangan atau pemasangan beronjong sesuai dengan kondisi lapangan.

"Kalaupun sampai terjadi kerusakan, hal itu dipicu karena dimensi sungai dan saluran yang tidak sesuai dengan volume air yang mengalir ditambah lagi dengan air kiriman dari hulu," ujarnya.

Mahmuddin mengatakan, meskipun hingga saat ini belum ada laporan terhadap tanggul longsor, pihaknya tetap waspada karena musim hujan masih panjang.

Karena itu, PUPR tetap mengalokasikan anggaran untuk perbaikan tanggul longsor akibat cuaca ekstrem setiap tahun.

Dana siap pakai (DSP), untuk perbaikan tanggul yang longsor akibat cuaca ekstrem tersebut sudah termasuk di dalam dana pemeliharaan dan operasional drainase sebesar Rp10 miliar hingga Rp12 miliar per tahun.

Jadi kalau ada laporan warga terhadap kerusakan tanggul sungai, irigasi dan drainase, maka PUPR bisa langsung melakukan perbaikan dengan dana tersebut agar kerusakan tidak semakin meluas.

"Tetapi jika kebutuhan anggarannya terlalu besar, kami bekerja sama dengan Balai Wilayah Sungai (BWS)," ujarnya.

Lebih jauh, Mahmuddin menyatakan, akibat cuaca ekstrem pada Februari 2018, Dinas PUPR mencatat tujuh titik tanggul rusak.

Tujuh tanggul itu adalah tiga titik di Kali Jangkuk dan sisanya berada di Kali Unus dan wilayah Pesongoran.

Kerusakan tanggul tersebut rata-rata sekitar 20-30 meter, sementara untuk proses perbaikannya dilakukan bekerja sama dengan BWS Nusa Tenggara I, mengingat anggaran pemerintah kota sangat terbatas.

Karenanya, penanganan tanggul jebol dengan skala besar diserahkan ke BWS, sedangkan yang kecil-kecil dikerjakan PUPR Mataram menggunakan sumber dana tanggap darurat dengan asumsi anggaran Rp1,5 juta per meter.

"Artinya, jika panjang tanggul yang rusak 30 meter, maka kebutuhan anggaran sebesar Rp45 juta," katanya.

Menurutnya, kerusakan talud di kawasan Jangkuk Kelurahan Dasan Agung dan Kebon Sari dipicu juga karena tidak adanya saluran di pinggir jalan.

Akibatnya, air meresap ke dalam tanah dan resapan air mendorong talud, belum lagi karena banyaknya truk-truk besar yang hilir mudik di kawasan tersebut.

"Selain itu dipicu karena cuaca ekstrem yang terjadi sehingga volume air sungai meningkat," ujar Mahmuddin.