Industri tekstil nasional dibidik masuk lima besar dunia

id industri tekstil,tekstil Indonesia

Industri tekstil nasional dibidik masuk lima besar dunia

Ilustrasi: industri tekstil dan produk tekstil saat beroperasi. (ANTARA News/ Biro Humas Kementerian Perdagangan)

Industri TPT dalam negeri mampu kompetitif di kancah global karena telah memiliki daya saing tinggi

Mataram (Antaranews NTB) - Industri tekstil dan produk tekstil nasional dibidik masuk dalam jajaran lima besar dunia pada 2030, dengan memprioritaskan perkembangan industri ini sebagai pionir dalam peta jalan penerapan revolusi industri keempat.   

"Sektor ini yang kinerjanya naik terus terutama melalui capaian ekspornya. Khusus industri sarung, pemerintah telah memberikan dukungan penuh terhadap produsen dalam negeri," kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto lewat keterangannya di Jakarta, Selasa.  

Dalam hal ini, Kemenperin akan mengembangkan potensi sarung sebagai gaya hidup baru bagi masyarakat Indonesia."Pada  Maret 2019, akan diselenggarakan festival sarung. Apalagi, kita punya keunggulan motif yang beragam dari berbagai daerah di Indonesia," ujarnya.

Menperin meyakini, industri TPT dalam negeri mampu kompetitif di kancah global karena telah memiliki daya saing tinggi.  

Hal ini didorong struktur industrinya sudah yang terintegrasi dari hulu sampai hilir dan produknya juga dikenal memiliki kualitas yang baik di pasar internasional.  

"Oleh karena itu, pemerintah terus memacu kinerja industri TPT. Apalagi sektor ini tergolong padat karya dan berorientasi ekspor sehingga memberikan kontribusi yang signifikan bagi perekonomian kita," ujarnya.   

Beberapa langkah strategis telah disiapkan agar industri TPT nasional bisa memasuki era digital.  

Misalnya, selama tiga hingga lima tahun ke depan, Kemenperin fokus mendongkrak kemampuan di sektor hulu untuk meningkatkan produksi serat sintetis. Upaya yang dilakukan, antara lain menjalin kerja sama atau menarik investasi perusahaan penghasil serat berkualitas."Ini juga bertujuan guna menguragi impor," ujarnya.  

Kemudian, mendorong pemanfaatan teknologi digital seperti 3D printing, automation, dan internet of things. Transformasi ini diyakini dapat mengoptimalkan efisiensi dan produktivitas.

"Jadi, kami akan membangun klaster industri tekstil terintegrasi dengan terkoneksi teknologi industri 4.0," imbuhnya.

Seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan pergeseran permintaan dari pakaian dasar (basic clothing) menjadi pakaian fungsional seperti baju olahraga, industri TPT nasional pun perlu membangun kemampuan produksi dan meningkatkan skala ekonomi agar dapat memenuhi permintaan pakaian fungsional di pasar domestik maupun ekspor.  

Saat ini, pemerintah juga berupaya membuat perjanjian kerja sama ekonomi yang komprehensif dengan Amerika Serikat dan Uni Eropa untuk memperluas pasar ekspor TPT lokal.   

Produk TPT negara tetangga seperti Vietnam bisa masuk ke pasar Amerika dan Uni Eropa dengan tarif bea masuk nol persen, sedangkan bea masuk ekspor produk tekstil Indonesia masih dikenakan 5-20 persen.    "Untuk itu, perlu ada bilateral agreement tersebut," tandasnya.