Jakarta (ANTARA) - Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI) Abdul Kadir Karding meminta seluruh aparatur sipil negara (ASN) peka dan hadir membantu masyarakat miskin, termasuk pekerja migran Indonesia (PMI) yang rentan, sesuai dengan arahan Presiden Prabowo Subianto.
"Arahan Presiden Prabowo Subianto sangat jelas. Seluruh ASN, termasuk CPNS di Kementerian P2MI harus peka dan hadir membantu masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan, termasuk pekerja migran Indonesia (PMI) yang rentan," katanya.
Menurut siaran pers Kemen-P2MI, permintaan itu disampaikan Karding pada kegiatan orientasi Calon Pegawai Neger Sipil (CPNS) Tahun Anggaran 2024 Kemen-P2MI yang digelar di Balai Besar Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi (BBPPMPV) di Depok, Jawa Barat, Selasa.
Karding menambahkan bahwa menjadi pegawai negeri bukan sekadar memperoleh pekerjaan atau status. Lebih dari itu, menjadi ASN adalah tentang kesediaan untuk mengabdi dan memberikan pelayanan sepenuh hati.
"Uang penggajian negara dari mana? Dari mereka. Dari pajak mereka. Itu yang harus disadari sehingga ketika anda bekerja yang ada di pikiran kita, mindset kita bahkan hati kita adalah melayani mereka dengan sepenuh hati," katanya.
Ia juga mengingatkan bahwa sebagian besar PMI yang berangkat ke luar negeri untuk bekerja di sektor domestik adalah perempuan. Karena itu, katanya, CPNS Kemen-P2MI nantinya akan langsung berhadapan dengan isu pelindungan, pelayanan, dan pemberdayaan para pekerja migran.
Baca juga: Wali Kota Mataram lepas 42 calon haji dari ASN
"Siapa lagi yang akan melayani mereka kalau bukan kita? Jadi tolong, ubah mindset bahwa jadi PNS itu bukan hanya cari kerja atau status. Tapi ini soal kemanusiaan. Ini soal melayani, bukan untuk dilayani," katanya.
Lebih lanjut Karding mengingatkan bahwa masih banyak warga Indonesia yang hidup dalam kondisi sangat memprihatinkan, bahkan hanya mampu makan sekali sehari.
Baca juga: Wagub DKI Rano siap beri contoh naik angkutan umum tiga kali sepekan
"Adik-adik tahu bahwa orang-orang seperti ini di Indonesia banyak. Orang-orang yang hidupnya susah masih banyak. Orang-orang yang rumahnya masih gubuk reot itu masih banyak. Orang-orang yang anaknya makan sehari sekali masih dengan lauk yang sangat sederhana itu masih banyak," katanya.