Dinkes Mataram akui gagal sosialisasi pemberantasan sarang nyamuk

id DBD

Dinkes Mataram akui gagal sosialisasi pemberantasan sarang nyamuk

Seorang petugas Dinas Kesehatan Kota Mataram melakukan pengasapan (Fogging) guna mencegah penyebaran demam berdarah di Kelurahan Karang Baru, Mataram, NTB.FOTO ANTARA/Ahmad Subaidi.

Mataram (Antaranews NTB) - Dinas Kesehatan Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, mengakui upaya sosialisasi penyuluhan tentang pola hidup bersih dan sehat serta kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) yang dilakukan para kader serta aparat terkait, gagal menyusul
tiga kelurahan ditetapkan berstatus zona merah kasus demam berdarah dengue (DBD).

Kepala Dinas Kesehatan Kota Mataram dr H Usman Hadi di Mataram, Rabu  menyatakan peran aktif masyarakat melakukan pemberasantasan sarang nyamuk (PSN) sangat penting sebab dengan tenaga yang sangat terbatas masyarakat tidak dapat mengandalkan pemerintah, apalagi hanya dengan mengandalkan "fogging" atau pengasapan.

“Fogging hanya mampu membunuh nyamuk dewasa, dan itu kurang efektif. Selama jentiknya masih ada, perkembangbiakan nyamuk akan terus terjadi," katanya.

Apalagi, dengan masuknya musim pancaroba bisa memudahkan berkembangbiaknya jentik nyamuk aedes aegypti penyebab penyakit DBD, sehingga tren peningkatan kasus DBD diprediksi akan terus terjadi.

"Dari proses identifikasi yang telah dilakukan tim kami ke rumah penderita DBD yang positif rata-rata ditemukan juga postitif terdapat jentik nyamuk aedes aegypti. Untuk itu, kami berharap setiap keluarga menggalakkan PSN dan PHBS," kata Usman.

Usman mengakui, jumlah kasus DBD di awal 2019 meningkat signifikan dibandingkan dengan bulan yang sama tahun 2018. Dimana, jumlah kasus DBD saat in tercatat 108 kasus, dengan satu korban meninggal.

Sementara pada tahun sebelumnya jumlahnya hanya setengah dan tidak ada kasus kematian.

"Sedangkan, 107 kasus DBD lainnya hingga saat ini dinyatakan sebagian besar sudah sehat dan sisanya masih ada yang dirawat di rumah sakit," katanya.