Pariwisata di Gili Trawangan belum pulih pascagempa

id Gili Trawangan

Pariwisata di Gili Trawangan belum pulih pascagempa

Wisatawan menggunakan transportasi "fast boat" di dermaga apung Gili Trawangan, Kabupaten Lombok Utara, NTB, Senin (27/8). (Dhimas Budi Pratama) (Dhimas Budi Pratama/)

Mataram (Antaranews NTB) - Pariwisata di Gili Trawangan sebagai barometer wisata Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), belum sepenuhnya pulih dalam enam bulan pasca-bencana.

"Jadi di pulau ini sebelum gempa, jumlah kedatangan wisatawan 2.000-3.000 orang per hari, saat 'high season' bisa sampai 5.000 orang. Tapi hingga hari ini rata-rata 900 orang per hari," kata General Manager Aston Sunset Beach Resort Gili Trawangan, Emanuel Prasojo Aji, di Gili Trawangan, Kamis.

Ia memperkirakan dengan kondisi yang ada, meskipun ada perkembangan mengarah pada pemulihan tapi diperlukan waktu setidaknya setahun untuk membuat pariwisata di wilayah itu sepenuhnya kembali normal.

Pasca-bencana terjadi, jumlah wisatawan yang datang pertambahannya sangat lambat mulai dari 100 orang per hari menjadi 200, kemudian 300 orang lalu stabil di kisaran 600 orang per hari.

Pada malam tahun baru 2019 jumlahnya meningkat menjadi 900 wisatawan dan hingga kini masih stabil pada rata-rata angka 900 wisatawan per hari.

"Kami asumsikan wisatawan domestik masih takut. Wisman justru tidak, mereka lebih menganggap bahwa gempa dimanapun bisa terjadi tapi mereka lebih takut pada teroris. Mereka yakin dan tetap datang," katanya.

Namun, belum pulih sepenuhnya infrastruktur di kawasan itu juga membuat kinerja sektor pariwisata belum optimal.

"Pembangunan kembali baru sekitar 50 persen dari 500 properti yang ada di Gili Trawangan," katanya.

Ia menambahkan, lambatnya pembangunan kembali infrastruktur termasuk akomodasi yang rusak akibat gempa disebabkan banyaknya pemilik properti yang terbentur kesulitan dana, lamanya proses klaim asuransi, hingga kesulitan lantaran mahalnya biaya untuk membuang puing dan sampah pasca-bencana.

"Yang dibutuhkan saat ini adalah bantuan untuk pembersihan sisa dan bekas bencana, pembangunan infrastruktur pasca-bencana termasuk jalan, pelabuhan, dan terpenting penanganan sampah," katanya.