ACT lakukan pendampingan gizi ke anak-anak di Sembalun

id ACT

ACT lakukan pendampingan gizi ke anak-anak di Sembalun

(Foto act.id)

Program BeGiTu ini melibatkan tim Puskesmas Sembalun, serta relawan Masyarakat Relawan Indonesia NTB
Mataram (Antaranews NTB) - Aksi Cepat Tanggap (ACT) melalui Program Bengkel Gizi Terpatu (BeGiTU), melakukan pendampingan gizi terhadap anak-anak di wilayah Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Program tersebut, menghadirkan 51 peserta dari 116 peserta yang terdaftar, kemudian satu per satu anak ditimbang berat dan tinggi badannya. Pelayanan kesehatan serta edukasi gizi juga diberikan kepada orang tua yang mendampingi anaknya. Pelaksanaannya digelar di Aula Kantor Kecamatan Sembalun baru-baru ini.

Koordinator Program BeGiTu dr Muhammad Riedha melalui laman ACT di Mataram, Sabtu, 20 di antaranya kini masuk dalam kategori hijau.

"Kategori ini mengindikasi kondisi gizi mereka dalam keadaan baik," ujarnya.

Kegiatan intervensi gizi ini tidak hanya melakukan pemeriksaan anak, tapi juga pemberian paket gizi berupa susu, biskuit dan makanan lainnya. Intervensi lanjutan juga akan dilakukan pada pekan ini khusus di Desa Bilok Petung, Sembalun.

"Program BeGiTu ini melibatkan tim Puskesmas Sembalun, serta relawan Masyarakat Relawan Indonesia NTB," tambah dr Riedha.
(Foto act.id)


Program BeGiTu sejak Oktober 2018 telah memulai pendampingan gizi bagi warga Sembalun. Program pemulihan gizi ini menyasar anak-anak penderita gizi buruk dan gizi kurang yang berasal dari keluarga prasejahtera.

Layanan BeGiTu merupakan implementasi dari dana zakat yang disalurkan melalui Global Zakat-ACT. Dijadwalkan setiap dua pekan sekali akan diadakan pendampingan untuk anak-anak berusia balita.

Diketahui, Kecamatan Sembalun masih menyimpan anak-anak dalam keadaan kurang gizi. Dari data yang dirilis Pemerintah Kabupaten Lombok Timur pada 2017, terdapat 72 kasus balita gizi buruk. Angka tersebut diklaim turun dari tahun sebelumnya yang mencapai 112 kasus.

Jumlah ini melonjak dari tahun 2015 yang terdeteksi 98 kasus. Walaupun jika dirata-rata sejak 2013 kasus menurun, namun jumlahnya saat ini masih terbilang banyak, katanya.