Lombok Tengah (ANTARA) - Seni pertunjukan peresean yang menampilkan pertarungan dua laki-laki menggunakan tongkat rotan dan perisai kulit kerbau adalah sebuah atraksi yang menyambut wisatawan di Desa Sade, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat.
"Kami menampilkan peresean bukan untuk kekerasan, tetapi simbol persaudaraan dan penghormatan tamu," kata Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Sade, Sanah, dalam pernyataan di Lombok Tengah, Minggu.
Dua pepadu maju ke tengah arena dengan senjata rotan dan tameng kulit kerbau. Mereka saling beradu pukulan kuat, menciptakan suasana tegang seperti pertarungan nyata di hadapan penonton.
Sorakan masyarakat mengiringi setiap pukulan yang dilepaskan. Meski tampak keras, pertunjukan berlangsung terkendali di bawah pengawasan wasit adat, sehingga keselamatan pepadu selalu terjamin selama berlangsungnya atraksi.
Setelah selesai, kedua pepadu saling berpelukan. Adegan itu menunjukkan filosofi peresean sebagai simbol persaudaraan dan sportivitas, sehingga tidak meninggalkan dendam meskipun tampak menyerupai perkelahian.
Baca juga: Festival peresean gerakan ekonomi warga di Lombok Tengah
Sejarah peresean berakar dari tradisi leluhur Sasak yang digunakan untuk melatih keberanian para pemuda. Pada masa lalu, pertunjukan itu juga dipentaskan untuk memohon hujan demi kesuburan tanah pertanian.
Tradisi peresean yang telah ada sejak abad ke-13 menjadi salah satu ajang untuk mengadu ketangkasan pemuda. Peresean menjadi simbol kesatria yang sarat makna maskulinitas, sehingga tidak jarang para orang tua menjadikan peresean sebagai ajang mencari jodoh untuk anak perempuan mereka.
Para raja dan prajurit juga menjadikan peresean sebagai media berlatih untuk melawan musuh-musuh kerajaan. Melalui peresean, pepadu diuji keberanian, ketangkasan, dan ketangguhan dalam bertarung.
Baca juga: Membangkitkan pariwisata di NTB lewat peresean
Kini, peresean menjadi bagian penting dari agenda sambutan wisata di Desa Sade. Pertunjukan itu rutin digelar untuk memperkenalkan kearifan lokal kepada tamu lokal maupun wisatawan mancanegara.
Selain peresean, Desa Sade juga menawarkan rumah tradisional beratap alang-alang dan lantai tanah liat. Kehidupan masyarakatnya masih sederhana dan lekat dengan adat, menarik perhatian pengunjung.
Wisatawan dapat berinteraksi langsung dengan warga desa, menyaksikan proses menenun kain khas Sasak, serta memahami filosofi hidup masyarakat yang menjunjung kebersamaan, kejujuran, dan keberanian.
Dengan keunikan tersebut, Desa Sade dan tarian peresean terus mengukuhkan identitas budaya Lombok di mata dunia, sekaligus menjadi magnet wisata budaya yang mendukung perekonomian lokal.
"Sejak kecil saya sudah melihat peresean, ini bagian dari hidup kami," celetuk Inak Madun, salah satu warga Desa Sade.
Baca juga: Car free night digelar di Lombok Barat guna dongkrak ekonomi rakyat
Baca juga: NTB angkat budaya jadi daya tarik bagi sektor pariwisata
