EKONOMI NTB TRIWULAN III TUMBUH 10,73 PERSEN

id

         Mataram, 10/11 (ANTARA) - Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) triwulan III 2009 tumbuh 10,73 persen dibandingkan dengan triwulan II 2009.

         Kepala Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik Biro Pusat Statistik NTB Wigiarso di Mataram, Selasa, mengatakan membaiknya pertumbuhan ekonomi NTB dipengaruhi kondisi makro ekonomi yang cukup baik.

        "Indikasi tersebut dapat dilihat dari menurunnya tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) selama triwulan II 2009," katanya.

         Menurut dia tingkat suku bunga SBI berada pada kisaran 6,88 persen sampai 6,48 persen, lebih rendah dibandingkan pada triwulan II 2009 sebesar ,95 persen - 8,11 persen.

         Faktor lainnya, kata dia, menguatnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, pada triwulan III 2009 rata-rata nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sebesar Rp9.997, sedangkan pada triwulan II 2009 mencapai Rp10.541.

         Membaiknya pertumbuhan ekonomi NTB juga dilihat dari besaran produk domestik regional bruto (PDRB) pada triwulan III 2009 yang mencapai Rp12,25 triliun, sedangkan pada triwulan II 2009 hanya Rp10,05 triliun.

         Sektor yang memberikan sumbangan terbesar terhadap PDRB NTB adalah pertambangan sebesar 36,44 persen, disusul pertanian  21,13 persen, sektor perdagangan, hotel dan restoran 12,48 persen serta sektor listrik, gas dan air sebesar 0,41 persen.

         "Sama halnya dengan triwulan II 2009 pertumbuhan ekonomi NTB pada triwulan III masih didominasi oleh sektor primer seperti pertanian dan pertambangan," ujarnya.

         Menurut Wigiarso penggunaan PDRB NTB pada triwulan III 2009 mengalami kenaikan dari Rp10,05 triliun pada triwulan II 2009 menjadi Rp12,25 triliun. Kenaikan kuantitas PDRB NTB dari sisi penggunaan dipengaruhi oleh adanya kenaikan dari volume ekspor yang cukup signifikan pada triwulan III 2009.

         "Nilai PDRB NTB pada triwulan III 2009 naik menjadi Rp4,79 triliun dibandingkan triwulan II 2009 sebesar Rp4,79 triliun," katanya.

         Menurut dia secara keseluruhan komponen dalam penghitungan PDRB pengeluaran mengalami kenaikan, yaitu komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga, konsumsi lembaga nirlaba, konsumsi pemerintah, perubahan stok, ekspor serta impor. (*)