Mataram (ANTARA) - Pemberitaan potensi gempa berkekuatan 8,5 magnitudo yang akan terjadi di selatan Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, meresahkan warga.
"Trauma kita terhadap gempa tahun lalu saja belum hilang, sekarang ada berita lagi bahwa ada potensi gempa yang lebih besar disertai tsunami," kata Ropiah (55) warga Kota Mataram di Mataram, Jumat.
Ropiah sangat menyayangkan adanya informasi akan terjadinya gempa dan tsunami di Pulau Lombok, apalagi dalam kondisi saat ini dimana masyarakat yang terdampak baru saja merasakan ketenangan mencoba lepas dari trauma.
"Kita sudah tenang-tenang dan mulai memperbaiki rumah yang rusak akibat gempa, kini sudah ada informasi potensi gempa lagi. Ini tentunya sangat meresahkan apalagi untuk kita yang masyarakat awam," katanya.
Ropiah mengatakan, saat gempa Agustus 2018, hampir tiga bulan tidur di pengungsian karena takut terjadi gempa susulan. Belum lagi kondisi rumahnya yang mengalami retak sehingga dirinya tidak berani tidur di dalam rumah.
"Sampai saat ini, saya masih belum berani tidur di kamar. Setiap malam tidur di ruang tamu supaya mudah keluar rumah saat terjadi gempa atau bencana lainnya," ujarnya.
Hal senada juga dilontarkan Ismi salah satu warga Sekarbela, Mataram, yang juga mengaku resah dengan pemberitaan potensi gempa itu.
Ismi bahkan sempat meminta suaminya menjual aset yang ada di Mataram, dan pindah ke kabupaten/kota lain yang dianggap lebih aman dan nyaman. "Pemberitaan tentang potensi gempa dengan kekuatan 8,5 Magnitudo, buat kita resah dan pastinya mengganggu konsentrasi kita beraktivitas," katanya.
Ia berharap pemerintah bisa lebih bijak lagi menyampaikan informasi tentang potensi bencana pada satu daerah agar masyarakat tidak resah dan panik.
Sebelumnya, Gubernur Nusa Tenggara Barat H Zulkieflimansyah meminta masyarakat tidak panik menyikapi pemberitaan potensi gempa berkekuatan 8,5 magnitudo yang akan terjadi di selatan Pulau Lombok.
"Jangan panik dan takut. Di Jepang, informasi itu satu hal yang biasa, apalagi kita sedang masuk dalam proses rehabilitasi dan rekonstruksi setelah gempa 2018," ujarnya.*
Berita Terkait
Tambang ilegal marak di Lombok Timur, warga resah
Kamis, 29 Februari 2024 13:31
Masyarakat resah, Timsus Polsek Dompu gerebek judi sabung ayam
Kamis, 15 September 2022 16:16
Pencurian hewan ternak, warga Wanasaba Lombok Timur resah
Sabtu, 28 November 2020 19:48
Warga resah! Napi asimilasi ayun-ayunkan pisau di jalan hingga akhirnya dijebloskan lagi ke lapas
Jumat, 29 Mei 2020 0:05
Mahasiswa Hubei resah dengan kelanjutan studinya di China
Sabtu, 15 Februari 2020 18:05
Wisatawan muslim China meminta maaf buat Sumbar resah
Rabu, 29 Januari 2020 17:04
Warga Siak resah harimau berkeliaran
Sabtu, 7 September 2019 20:01
Nasabah Mandiri di Mataram resah terkait isu saldo hilang
Sabtu, 20 Juli 2019 15:52