Mataram (ANTARA) - Kepala Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 2 Simpang Empat, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan, Ribut Giyono menggagas program Indonesi memanggil untuk memberikan pelayanan pendidikan kepada anak Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang ada di negara Malaysia.
"Program Indonesia memanggil dilaksanakan sejak 2013 dengan menjalin kerja sama antara SMKN 2 Simpang Empat dengan lembaga pendidikan Negeri Jiran Malaysia," kata Ribut Giyono, di Batulicin, Jum'at.
Dia mengatakan, awal digagasnya program tersebut mengingat keprihatinan terhadap nasib putra-putri dari anak TKI yang berjuang di negeri tetangga, terutama mengenai pendidikan mereka.
Pihaknya tidak menginginkan putra putri dari indonesia sendiri tidak mengenal bangsa dan budayanya, sebab sejak lahir hingga memasuki usia sekolah mereka berada di Malayasia kerena orang tuanya menjadi TKI.
Melalui program ini, menciptakan pendidikan dengan menyelaraskamn pendidikan berbasis kemandirian terhadap anak-anak dari orang tua yang menjadi TKI. sehingga, mereka dapat menempuh pendidikan hingga mencari pekerjaan di negerinya sendiri tanpa harus mewarisi keturunan keluarga menjadi TKI.
Pada awalnya siswa dan siswi yang datang dari Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SIKK) Sabah Malaysia untuk melanjutkan ke SMKN 2 Simpang Empat hanya sepuluh orang. Mereka baru lulus dari Sekolah Lanjuta Tingkat Pertama (SLTP) yang ada di SIKK.
Untuk biyaya hidup mereka selama menempuh pendidikan sejak berdirinya program tersrebut hingg periode 2016, seluruhnya ditanggung oleh pihak SMKN 2 Simpang Empat menggunakan dana swadaya dari donatur para guru dan masyarakat setempat.
Namun mulai awal 2017, program ini sudah mendapat perhatian dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, sehingga para siswa dari SIKK mandapatkan biyaya sekitar Rp2 juta/bulan.
Saat ini jumlah siswa dari anak TKI yang sudah tergabung dalam program Indonesia Memanggil mencapai 130 orang yang tersebar di seluruh Kalimantan Selatan.
"Awalnya sekolah yang siap menapung anak TKI untuk melanjutkan pendidikan hanya SMKN 2 Simpang Empat, namun saat ini ada sepuluh SMK tersebar di Kalimantan Selatan siap menampung," ujarnya.
Dia menjelaskan, pada awal periode 2019 ada calon siswa dari anak TKI ingin melanjutkan sekolah ke SMK di Kalimantan Utara sebanyak 120 orang, namun pihak sekolah yang bersangkutan menolaknya dengan alasan Keterbatasan zonasi.
Karena ada penolakan dari SMK yang ada di Kaltara, pihak SIKK meminta kepada SMKN 2 Simpang Empat selaku penggagas programn Indonesia memanggil untuk menampung calon siswa tersebut.
Dengan keterbatasan fasilitas SMK 2 Simpang empat menggandeng sepuluh SMK di Kalsel yang menjadi pilot project program Indonesia memanggil diantaranya SMKN 2 Simpang Empat, SMK Martapura, SMK 1 Murung Pundu, SMK 1 Tabalong, SMK 1 Bati-Bati, SMK2 Marabahan, SMK 2 Satui, SMK DDI Batulicin, SMK Kodeco dan SMK 1 Banjarbaru.
"Alhamdulillah saat ini 50 dari 120 calon siswa yang sempat ditolak oleh SMK yang ada di Kaltara kini sudah tertampung di selur SMK yang menjadi pilot project program Indonesi Memanggil," pungkasnya.
Berita Terkait
Puluhan Warga Mataram Lakukan Aksi Gunduli Kepala
Jumat, 21 Agustus 2015 15:53
Haji- 60 Persen Calon Haji Mataram Risiko Tinggi
Rabu, 19 Agustus 2015 21:37
Bupati Sumbawa Barat Evaluasi Jelang Akhir Jabatan
Selasa, 11 Agustus 2015 7:40
Legislator Kecewa Anggaran Sosial Minim Dialokasikan Pemprov NTB
Rabu, 5 Agustus 2015 23:18
Anggaran pengamanan pilkada sumbawa barat rp1,5 miliar
Jumat, 31 Juli 2015 15:01
Paket "K2" Pertama Mendaftar Ke KPU KSB
Senin, 27 Juli 2015 11:14
Paket "f1" didukung partai terbanyak dalam pilkada
Minggu, 5 Juli 2015 14:21
Ikan tuna NTB mengandung merkuri kadar rendah
Rabu, 10 Juni 2015 6:56