Jakarta (ANTARA) - Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof Ari F. Syam mendesak pemerintah untuk melindungi para dokter yang saat ini mengabdi di Papua dan Papua Barat suipaya tidak menjadi korban kekerasan atau bahkan pembunuhan.
"Pemerintah harus melakukan langkah-langkah hukum dan pengamanan agar tidak terjadi pembunuhan atau kekerasan kembali termasuk kepada para petugas kesehatan di Papua dan Papua Barat, khususnya Kabupaten Wamena," ujar Ari dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Minggu.
Baca juga: MUI sayangkan kerusuhan di Wamena
Pernyataan tersebut disampaikan terkait dengan meninggalnya seorang dokter, yakni dr Soeko Marsetiyo, yang meninggal karena menjadi korban kerusuhan di Wamena.
Menurut Ari, peristiwa naas tersebut bertolak belakang dengan pekerjaan Soeko yang bekerja menolong hidup dan kehidupan masyarakat di daerah itu.
Baca juga: Gubernur serukan warga Sumbar di tanah air bantu kepulangan perantau dari Wamena
Pemerintah daerah pun, kata dia, harus memberikan perlindungan kepada para petugas medis yang memang umumnya berasal dari luar daerah.
"Saya sangat menyesalkan dan mengutuk peristiwa pembunuhan terhadap dokter yang memang sejak 15 tahun bekerja di Papua dan sejak 2013 bekerja di Tolikara, Papua itu," ujar dia.
Dia berharap, meninggalnya dr Soeko tidak melemahkan semangat para dokter untuk mau memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat Wamena dan sekitarnya.
Ia juga mengatakan bahwa pengaruh alkohol, tidak bisa menjadi alasan untuk dengan mudah menghilangkan nyawa orang.
"Para perusuh harus selalu ingat ketika melakukan penyerangan pada seseorang, jangan-jangan yang diserang adalah dokter yang pernah menyelamatkan jiwanya atau anggota keluarganya," kata dia.
Kekerasan pada dokter di wilayah itu menyebabkan banyak pasien yang seharusnya ditolong karena sakit menjadi tidak tertolong karena kekurangan dokter.
Meninggalnya dr Soeko yang menjadi korban kerusuhan di wamena, lanjut dia, telah menjatuhkan mental dokter untuk bertahan di Wamena.
"Sekali lagi yang akan dirugikan adalah masyarakat sendiri.Apalagi kita tahu bahwa Kabupaten Jayawijaya sendiri masih sangat-sangat kekurangan dokter," kata Ari.
Berita Terkait
Puluhan Warga Mataram Lakukan Aksi Gunduli Kepala
Jumat, 21 Agustus 2015 15:53
Haji- 60 Persen Calon Haji Mataram Risiko Tinggi
Rabu, 19 Agustus 2015 21:37
Bupati Sumbawa Barat Evaluasi Jelang Akhir Jabatan
Selasa, 11 Agustus 2015 7:40
Legislator Kecewa Anggaran Sosial Minim Dialokasikan Pemprov NTB
Rabu, 5 Agustus 2015 23:18
Anggaran pengamanan pilkada sumbawa barat rp1,5 miliar
Jumat, 31 Juli 2015 15:01
Paket "K2" Pertama Mendaftar Ke KPU KSB
Senin, 27 Juli 2015 11:14
Paket "f1" didukung partai terbanyak dalam pilkada
Minggu, 5 Juli 2015 14:21
Ikan tuna NTB mengandung merkuri kadar rendah
Rabu, 10 Juni 2015 6:56