PM Inggris Boris Johnson menghadapi pemberontakan kabinet soal Brexit

id PM Inggris,Brexit tanpa-kesepakatan,Menteri mundur

PM Inggris Boris Johnson menghadapi pemberontakan kabinet soal Brexit

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menutup wajah saat rapat dengan Perdana Menteri Irlandia (Taoiseach) Leo Varadkar di Dublin, Irlandia, Senin (9/9/2019). ANTARA/REUTERS/Phil Noble/aa. (REUTERS/PHIL NOBLE)

London (ANTARA) - Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menghadapi pemberontakan baru dari kabinetnya sehubungan dengan keprihatinan mengenai Brexit tanpa-kesepakatan, saat sekelompok menteri kabinetnya siap mundur, demikian laporan surat kabar The Times pada Rabu.

Menteri Kebudayaan Nicky Morgan, Menteri Inggris Urusan Irlandia Utara Julian Smith, Menteri Kehakiman Robert Buckland, Menteri Kesehatan Hancock dan Jaksa Agung Geofrrey Cox, semuanya, ada "di dalam daftar pengunduran diri", menurut laporan The Times http://bit.ly/33fODZW.

Seorang menteri kabinet yang tidak disebutkan namanya dan dikutip oleh surat kabar itu mengatakan "sangat banyak" anggota parlemen Koservatif akan mundur jika sampai pada Brexit tanpa-kesepakatan.

The Times menyatakan para menteri telah memperingatkan Johnson dalam satu pertemuan Kabinet mengenai resiko "besar" mengenai kembali kekuasaan langsung di Irlandia Utara dan mengangkat keprihatinan mengenai Dominic Cummings, penasehat paling senior Johnson.

"Kabinet akan menetapkan strategi, bukan pejabat yang tidak dipilih. Jika ini adalah upaya untuk melakukan itu, maka itu akan gagal," kata laporan tersebut, yang mengutip seorang lagi menteri Kabinet.

Laporan itu disiarkan saat Uni Eropa menuduh Inggris memainkan "permainan bodoh saling menyalahkan" mengenai Brexit setelah satu sumber Downing Street mengatakan kepada Reuters --yang dipantau Antara di Jakarta, Rabu-- kesepakatan pada dasarnya tak mungkin sebab Kanselir Jerman Angela Merkel telah mengajukan tuntutan yang tak bisa diterima.

Dengan hanya tersisa waktu tiga pekan sebelum Inggris dijadwalkan meninggalkan blok Eropa tersebut, masa depan Brexit masih sangat tidak pasti sementara London dan Brussels memposisikan diri mereka untuk menghindari disalahkan karena penundaan atau kekacauan dalam Brexit tanpa-kesepakatan.

Sumber: Reuters