Pengunjuk rasa Hong Kong dan polisi bentrok kembali

id Pemerotes Hong Kong,Polisi Hong Kong

Pengunjuk rasa Hong Kong dan polisi bentrok kembali

Seorang pemrotes anti-pemerintah melempar bom Molotov saat demonstrasi di dekat Kompleks Pemerintah Pusat di Hong Kong, Cina, Minggu (15/9/2019). ANTARA/REUTERS/Tyrone Siu/pri

"Dalam insiden lain, sekelompok 50 orang yang berbelanja di sebuah mal menghadapi polisi anti huru-hara, dengan meneriakkan "mafia polisi Hong Kong". Orang-orang yang berbelanja bersorak ketika polisi ke luar,"
Hong Kong (ANTARA) - Pengunjuk rasa pro-demokrasi Hong Kong dan polisi bentrok di sejumlah tempat di kota itu pada Ahad (13/10) dengan polisi yang dalam keadaan siaga penuh mengejar para pemrotes di antara kerumunan orang yang sedang berbelanja pada saat makan siang.

Beberapa aksi unjuk rasa di pusat perbelanjaan semula berjalan damai pada tengah hari dengan sejumlah orang meneriakkan slogan-slogan "Hong Kong Bebas", tetapi kemudian para pegiat yang berpakaian hitam merusak toko-toko dan stasiun-stasiun metro dan mendirikan penghalang di jalan-jalan sekitar kota itu.

Polisi menangkap sejumlah orang dan menggunakan gas air mata untuk membubarkan para pengunjuk rasa, dengan menyatakan mereka menggunakan "kekuatan minimum". Gambar-gambar yang disiarkan televisi memperlihatkan orang-orang yang sedang berbelanja berteriak-teriak ketakutan dan beberapa luka-luka ketika polisi beraksi di sebuah mal.

Para pemerotes remaja, banyak yang memakai masker wajah untuk melindungi identitas, sering didukung orang-orang yang berbelanja.

Di satu mal sekelompok polisi, yang dilengkapi pelindung dan senjata penyemprot merica, dipaksa mundur oleh orang-orang yang berbelanja hingga mereka keluar mal itu.

Dalam insiden lain, sekelompok 50 orang yang berbelanja di sebuah mal menghadapi polisi anti huru-hara, dengan meneriakkan "mafia polisi Hong Kong". Orang-orang yang berbelanja bersorak ketika polisi keluar.

Polisi Hong Kong, yang pernah dikesankan sebagai terpuji di Asia, telah dituduh menggunakan kekuatan berlebihan dalam menangani aksi-aksi unjuk rasa dan orang-orang Hong Kong tak lagi menaruh hormat dan percaya kepada mereka.

Sumber: Reuters