Dua eks pegawai Twitter dituduh jadi mata-mata untuk Arab Saudi

id Mata-mata Arab Saudi,Pegawai Twitter,Ali Alzabarah

Dua eks pegawai Twitter dituduh jadi mata-mata untuk Arab Saudi

Raja Arab Saudi Salman bertemu dengan Menteri Pertahanan Amerika Serikat Mark Esper di Riyadh, Arab Saudi, Selasa (22/10/2019). (via REUTERS/Saudi Press Agency)

Washington (ANTARA) - Dua mantan pegawai Twitter dan seorang pria lainnya asal Arab Saudi menghadapi tuduhan mata-mata AS untuk kerajaan tersebut, karena membobol data pengguna pribadi dan memberikannya kepada pejabat Saudi dengan imbalan uang, menurut pengaduan yang diajukan, Rabu (6/11).

Ali Alzabarah dan Ahmad Abouammo, yang pernah bekerja di Twitter, dan Ahmed Almutairi, yang waktu itu bekerja untuk keluarga kerajaan Arab Saudi, menghadapi tuduhan bersekongkol dengan Kerajaan Arab Saudi tanpa mendaftar sebagai agen asing, demikian pengaduan yang diajukan terhadap mereka.

Berdasarkan pengaduan, Abouammo kerap mengakses akun Twitter milik kritikus terkemuka keluarga kerajaan Arab Saudi pada awal 2015. Misalkan, ia dapat melihat alamat email dan nomor telepon yang terhubung dengan akun tersebut. Ia juga mengakses akun kritikus Saudi lainnya untuk mendapatkan informasi pribadi.

"Informasi ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan melacak pengguna Twitter yang mempublikasi unggahan ini," demikian siaran baru Departemen Kehakiman.

Arab Saudi, sekutu utama AS dalam memerangi Iran, dihujani kritikan oleh Negara Barat atas catatan HAM mereka, termasuk pembunuhan wartawan Jamal Khashoggi tahun lalu dan keterlibatannya dalam perang menghancurkan di Yaman.

Almutairi dituduh bertindak sebagai perantara antara pemerintah Arab Saudi dan pegawai Twitter.

Abouammo ditangkap di Seattle, Washington sedangkan dua lainnya berada di Arab Saudi, menurut departemen tersebut.

Berdasarkan pengaduan, dua pria itu diberikan imbalan uang tunai dan hadiah lainnya, seperti jam mewah untuk informasi yang diberikan.

Kedutaan besar Arab Saudi tidak langsung menanggapi untuk dimintai komentar.

Twitter mengatakan bahwa pihaknya berterima kasih kepada FBI dan Departemen Kehakiman AS. "Kami mengakui aktor-aktor jahat akan berusaha dan mengacaukan layanan kami," katanya melalui pernyataan. "Kami memahami risiko luar biasa yang dihadapi oleh banyak pengguna Twitter untuk berbagi perspektif mereka dengan dunia dan meminta mereka yang berkuasa bertanggung jawab."

Sumber: Reuters