Menteri Edhy yakin produksi mutiara RI bisa melampaui China

id menteri edhy,budidaya mutiara

Menteri Edhy yakin produksi mutiara RI bisa melampaui China

Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo (berjas), dalam jumpa pers terkait penyelenggaraan Indonesian Pearl Festival 2019 di Jakarta, Kamis (14/11/2019). ANTARA/M Razi Rahman

Jakarta (ANTARA) - Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo meyakini produksi mutiara yang dihasilkan di Indonesia bisa melampaui produksi yang dihasilkan oleh China, terutama dilihat dari potensi besarnya budidaya mutiara yang terdapat di kawasan Nusantara.

"Bukan tidak mungkin dengan perhatian serius dari pemerintah, iklim budidaya mutiara semakin terangkat dan kita bisa menyalip China," kata Eddy Prabowo dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis.

Seperti diketahui, menurut data International Trade Center 2019, nilai ekspor mutiara Indonesia pada tahun 2018 berada dalam posisi kelima yaitu sebesar 47,26 juta dolar AS.

Posisi teratas ditempati Hong Kong dengan nilai ekspor 483,29 juta dolar, kemudian secara berturut-turut adalah Jepang (315,28 juta dolar), Polinesia Prancis (112,87 juta dolar), dan Republik Rakyat China (56,29 juta dolar).

Untuk itu, ujar dia, perlu ada edukasi terhadap berbagai kalangan masyarakat, terutama dalam membedakan mutiara yang asli dengan yang tidak.

Edhy menuturkan, dirinya pernah diajarkan bahwa untuk mengetahui mutiara asli bisa dengan menggunakan alat pemotong seperti pisau cutter.

Kalau mutiara asli, ujar dia, maka bila digores dengan pisau cutter tersebut tidak akan cidera, tetapi bila mutiara itu dari bahan sintetis akan tampak goresannya.

Senada, Ketua Asosiasi Budidaya Mutiara Indonesia (Asbumi) Anthony Tanios menyatakan, penting untuk membuat edukasi bagi masyarakat, agar bisa benar-benar membeli mutiara yang asli.

Anthony juga menyoroti masih adanya banyak mutiara impor yang masuk dari China ke Indonesia.

Sementara itu, Dirjen Penguatan Daya Saing Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Agus Suherman, memaparkan, Indonesia memiliki banyak sentra pengembangan yaitu di Sumatera Barat, Lampung, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara dan Papua Barat.

Sebelumnya, KKP mendorong agar pusat pemuliaan induk di berbagai daerah terus memproduksi induk dan benih unggul tiram mutiara untuk menghentikan berkurangnya ketersediaan induk tiram mutiara yang terdapat di alam.

"Ke depan tidak boleh ada lagi hatchery (tempat penetasan) kerang mutiara yang menggantungkan keperluan induknya dari alam, tapi harus didapatkan dari pusat induk kekerangan," kata Dirjen Perikanan Budidaya KKP, Slamet Soebjakto.

Menurut dia, hal tersebut penting sebagai bagian dari upaya mengendalikan eksploitasi induk tiram mutiara yang selama ini masih tergantung dari tangkapan di alam dan berdampak terhadap penurunan stok induk tiram mutiara di berbagai lokasi.

Ia memaparkan, untuk memperkuat keberlanjutan produksi induk tiram mutiara, telah dibentuk jejaring induk tiram mutiara diantaranya beranggotakan Balai Produksi Induk Udang Unggul Dan Kekerangan (BPIU2K) Karangasem Bali, Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL) Lombok, dan Balai Besar Riset Budidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan (BBRBLPP) Gondol Bali.

Melalui jejaring ini, lanjutnya, dilakukan pembagian tugas di antaranya dengan tugas pemuliaan dan perbanyakan induk maupun calon induk.