Mantan presiden Morales menyatakan akan kembali ke Bolivia
Mexico City (ANTARA) - Mantan presiden Bolivia, Evo Morales menyatakan ia akan kembali ke Bolivia jika parlemen negara itu tidak menyetujui pengunduran dirinya.
Morales menyatakan mundur sebagai presiden pekan lalu di tengah gelombang protes. Ia kemudian angkat kaki ke Meksiko.
"Surat pengunduran ada di parlemen. Kalau parlemen tidak menerima, saya akan kembali. Pada saat ini, saya merasa saya bisa menenangkan Bolivia," kata Morales dalam wawancara dengan El Universal, Kamis (14/11).
Morales berargumentasi bahwa kekerasan dengan senjata, yang saat ini berlangsung di Bolivia, tidak akan membawa perdamaian bagi negeri itu.
"Dialog dengan partisipasi Perserikatan Bangsa-Bangsa, Gereja Katolik dan negara-negara penengah akan membawa perdamaian pada Bolivia," kata sang mantan presiden.
Morales menyampaikan surat pengunduran dirinya pada Minggu (10/11).
Jeanine Anez, wakil ketua parlemen tingkat tinggi, mengambil alih kekuasaan sebagai presiden ad interim dan telah membentuk kabinet sementara.
Mahkamah konstitusi Bolivia telah memutuskan bahwa peralihan kekuasaan kepada anggota parlemen oposisi itu tidak melanggar undang-undang. Namun, para anggota parlemen dari kubu Morales, MAS, bersikeras bahwa pengunduran diri Morales harus terlebih dahulu disetujui oleh parlemen.
Di tengah kekisruhan itu, sejumlah anggota parlemen telah memboikot sidang parlemen, yang membahas pengunduran diri Morales.
Morales memutuskan mundur setelah aksi protes berlangsung selama berminggu-minggu pascapemilihan presiden pada 20 Oktober.
Lembaga pemilihan menetapkan bahwa Morales berhak menjalankan masa jabatan presiden berikutnya. Namun, pihak oposisi bersikeras bahwa ada keanehan dalam proses penghitungan suara.
Morales menganggap peralihan kekuasaan kepada Jeanine Anez sebagai kudeta.
Sumber: Sputnik
Morales menyatakan mundur sebagai presiden pekan lalu di tengah gelombang protes. Ia kemudian angkat kaki ke Meksiko.
"Surat pengunduran ada di parlemen. Kalau parlemen tidak menerima, saya akan kembali. Pada saat ini, saya merasa saya bisa menenangkan Bolivia," kata Morales dalam wawancara dengan El Universal, Kamis (14/11).
Morales berargumentasi bahwa kekerasan dengan senjata, yang saat ini berlangsung di Bolivia, tidak akan membawa perdamaian bagi negeri itu.
"Dialog dengan partisipasi Perserikatan Bangsa-Bangsa, Gereja Katolik dan negara-negara penengah akan membawa perdamaian pada Bolivia," kata sang mantan presiden.
Morales menyampaikan surat pengunduran dirinya pada Minggu (10/11).
Jeanine Anez, wakil ketua parlemen tingkat tinggi, mengambil alih kekuasaan sebagai presiden ad interim dan telah membentuk kabinet sementara.
Mahkamah konstitusi Bolivia telah memutuskan bahwa peralihan kekuasaan kepada anggota parlemen oposisi itu tidak melanggar undang-undang. Namun, para anggota parlemen dari kubu Morales, MAS, bersikeras bahwa pengunduran diri Morales harus terlebih dahulu disetujui oleh parlemen.
Di tengah kekisruhan itu, sejumlah anggota parlemen telah memboikot sidang parlemen, yang membahas pengunduran diri Morales.
Morales memutuskan mundur setelah aksi protes berlangsung selama berminggu-minggu pascapemilihan presiden pada 20 Oktober.
Lembaga pemilihan menetapkan bahwa Morales berhak menjalankan masa jabatan presiden berikutnya. Namun, pihak oposisi bersikeras bahwa ada keanehan dalam proses penghitungan suara.
Morales menganggap peralihan kekuasaan kepada Jeanine Anez sebagai kudeta.
Sumber: Sputnik