Dinsos Mataram membina 1.049 penyandang disabilitas

id disbilitas,mataram,dinsos

Dinsos Mataram membina 1.049 penyandang disabilitas

Kepala Dinas Sosial Kota Mataram Hj Baiq Asnayati (kanan), saat memastikan spanduk Peringatan Hari Disabilitas Internasional sudah terpasang di depan kantornya. (Foto: ANTARA News/Nirkomala)

Mataram (ANTARA) - Dinas Sosial Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, membina sebanyak 1.049 penyandang disabilitas yang tersebar diena m kecamatan dengan jenis penyandang disabilitas berat, sedang dan ringan.

"Sebanyak 1.049 penyandang disabilitas tersebut sudah kami data 'by name by address' guna memudahkan pembinaan dan pemberian program kepada mereka," kata Kepala Dinas Sosial Kota Mataram Hj Baiq Asnayati di Mataram, Senin.

Pernyataan tersebut dikemukakan terkait dengan Peringatan Hari Penyandang Disabilitas Internasional yang jatuh pada tanggal 3 Desember setiap tahun.

Ia mengatakan, komitmen pemerintah kota terhadap keberadaan para penyandang disabilitas di kota ini cukup baik. Apalagi, Mataram telah memiliki Peraturan Daerah Nomor 6 tahun 2016 tentang Perlindungan dan Pemenuhan Hak-Hak Penyandang Disabilitas yang dikuatkan lagi dengan Perwal Nomor 36 tahun 2018.

"Jadi dalam regulasi itu jelas tertera apa yang menjadi hak dan kewajiban kita serta tanggung jawab kita terhadap para penyandang disabilitas di kota ini," kata Asnayati yang didampingi Kasi Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas dan Penyandang Nafza Zulfa Nur Azizah.

Di samping keberpihakan program bagi penyandang disabilitas, juga terkait anggaran baik dari ABPD Kota Mataram, APBD Provinsi NTB maupun dari pemerintah pusat.

"Karena itu, apapun yang diusulkan untuk program kegiatan para penyandang disabilitas kita coba tampung dan usulkan melalui tim anggaran pemerintah daerah (TAPD)," katanya.

Bahkan pihaknya juga bekerjasama dengan Kementerian Sosial secara bertahap melakukan pembinaan pemberian pelatihan kepada penyandang disabilitas ke luar daerah.

Beberapa pusat pelatihan penyandang disabilitas di luar daerah antara lain itu, Bali, Solo, Cibinong dan Makassar. Dengan jenis pelatihan yang disesuaikan dengan penyandang disabilitas.

Pelatihan tersebut antara lain, pijat bagi penyandang tunanetra, menjahit, boga, komputer, membuat berbagai kerajinan tangan dan lainnya. Bahkan setelah mendapatkan pelatihan mereka diberikan bantuan sesuai dengan pelatihan yang diikuti.

"Harapannya, itu menjadi modal utama agar penyandang disabilitas bisa hidup mandiri. Program serupa juga kami laksanakan di tingkat kota," ujarnya.

Karenanya, apabila ada penyandang disabilitas yang lolos seleksi untuk pelatihan ke luar daerah, pemerintah kota memfasilitasi mengantar dan menjemput mereka ketika sudah selesai.

"Alhamdulillah, kini sudah ada beberapa penyandang disabilitas kita yang sudah ikut pelatihan di luar daerah," katanya.

Di samping itu, pemerintah kota juga menyiapkan enam orang pendamping disabilitas dienam kecamatan yang bertujuan dalam rangka pemenuhan hak maupun kewajiban penyandang disabilitas.

Pemenuhan hak yang dimaksudkan antara lain, pemenuhan pendidikan, pelayanan kesehatan, ketenagakerjaan, koperasi, usaha mikro, dan pemenuhan hak berpendapat melalui wadah yang mereka buat.

"Harapan kita, melalui pendamping mereka bisa hidup layak, mendapatkan hak pelayanan dasar dan mampu meningkatkan kepercayaan dirinya," katanya.

Komitmen lainnya, dari pemerintah kota bahwa untuk Peringatan Hari Penyandang Disabilitas Internasional yang jatuh pada tanggal 3 Desember, semua organisasi perangkat daerah (OPD) diminta memasang spanduk berisi Indonesia Inklusi, Disabilitas Unggul dan mewujudkan akses layanan kesehatan, perlindungan hak dan keadilan.