Ikhtiar PLN mewujudkan NTB "Nusa Terang Benderang"

id PLN NTB,infrastruktur ketenagalistrikan,Nusa Terang Benderang

Ikhtiar PLN mewujudkan NTB "Nusa Terang Benderang"

Foto udara PLTMGU Lombok Peaker berkapasitas 150 MW, yang berlokasi di Tanjung Karang, Kota Mataram, NTB. (Foto PLN NTB)

Mataram (ANTARA) - PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Unit Induk Wilayah (UIW) Nusa Tenggara Barat merilis angka rasio elektrifikasi di NTB sudah mencapai 99,6 persen pada November 2019, dan 100 persen desa di provinsi tersebut sudah berlistrik.

Hal itu menjadi bukti bahwa PLN selaku Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang membidangi kelistrikan terus bekerja keras untuk mewujudkan NTB sebagai daerah "Nusa Terang Benderang", sehingga tidak lagi menjadi provinsi defisit energi listrik.

Upaya menjadikan "Pulau Seribu Masjid" (julukan NTB), menjadi terang benderang dilakukan dengan cara menyediakan energi listrik yang mencukupi secara berkelanjutan.

PLN telah lama dan terus menerus membangun jaringan ketenagalistrikan yang andal, mulai dari Ampenan Kota Mataram (ujung barat NTB), hingga Sape, Kabupaten Bima (ujung timur NTB).

Selain pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) yang sudah dibangun sejak zaman orde baru, PLN juga membangun pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang menggunakan bahan bakar batu bara, sehingga biaya produksi bisa lebih efisien.

Pembangunan PLTU berkapasitas relatif besar pun dimulai pada era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, tepatnya pada April 2009. Tidak tanggung-tanggung, PLN membangun tiga unit pembangkit sekaligus di Desa Taman Ayu, Kabupaten Lombok Barat. Namanya PLTU Jeranjang berkapasitas 3 x 25 mega Watt (MW).

Pembangunan pembangkit listrik kembali berlanjut pada era Presiden Joko Widodo. Proyek pembangunan sejumlah pembangkit listrik berkapasitas 500 MW di NTB, merupakan bagian dari proyek kelistrikan 35 ribu MW yang diluncurkan secara resmi oleh Presiden Joko Widodo, pada 2015.

Proyek tersebut merupakan salah satu program unggulan pemerintah dalam rangka mencapai salah satu sasaran Nawa Cita, yaitu mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis khususnya kedaulatan energi.

Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), ketika dijabat oleh Ignasius Jonan, meresmikan proyek pembangunan pembangkit listrik senilai Rp6 triliun di NTB, sekaligus di Nusa Tenggara Timur.

Peresmian digelar di lokasi pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas Uap (PLTMGU) Lombok Peaker berkapasitas 150 MW, yang berlokasi di Tanjung Karang, Kota Mataram, NTB, pada 20 Oktober 2017.

Tujuh proyek pembangunan pembangkit listrik yang diresmikan, yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) Lombok Peaker, Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) Bima, PLTMG Sumbawa, dan PLTU IPP Lombok Timur. Keempat proyek tersebut berlokasi di NTB.

Tiga proyek pembangkit listrik lainnya tersebar di NTT, yakni PLTMG Kupang Peaker, Mobile Power Plant (MPP) Flores, PLTMG Maumere.

Selain membangun pembangkit listrik berbahan bakar batu bara dan gas, PLN juga bekerja sama dengan pihak swasta untuk membangun pembangkit listrik dari energi baru terbarukan, seperti pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH), dan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).

General Manager PLN Unit Induk Wilayah (UIW) NTB, Rudi Purnomoloka, mengatakan pihaknya telah memanfaatkan empat PLTS berkapasitas 20 Mwac untuk memperkuat sistem kelistrikan Lombok pada 2019.

Empat PLTS yang sudah masuk sistem kelistrikan Lombok, yaitu PLTS Pringgabaya, PLTS Selong, PLTS Sengkol, dan PLTS Sambelia, dengan kapasitas sebesar 5 Mwac per lokasi.

Secara keseluruhan, PLN UIW NTB telah mengoperasikan PLTS di tujuh lokasi tersebar, yaitu Gili Trawangan, Gili Air, dan Gili Meno, di Kabupaten Lombok Utara. Selain itu, Sengkol di Kabupaten Lombok Tengah, dan Selong, Pringgabaya, serta Sambelia, di Kabupaten Lombok Timur.

Ketujuh PLTS tersebut  mampu menyuplai sebesar 8,5 persen dari daya mampu total pada siang hari untuk sistem Lombok, yaitu sebesar 233 MW.

Pemanfaatan energi listrik yang dihasilkan PLTS merupakan salah satu bentuk komitmen PLN untuk terus mengembangkan energi baru terbarukan (EBT), khususnya di NTB.

"Kita terus mendorong percepatan pencapaian target bauran energi terbarukan. Sesuai yang terdapat dalam Kebijakan Energi Nasional, targetnya 23 persen pembangkit merupakan EBT di tahun 2025," kata Rudi.


                                                                                              Penjualan listrik

Terus meningkatnya keandalan infrastruktur ketenagalistrikan juga diikuti dengan naiknya penjualan energi listrik. PLN UIW NTB mencatat penjualan listrik naik sebesar 5,5 persen pada kuartal I-2019.

Pada kuartal I-2019, kata Rudi, pertumbuhan meningkat sebesar 32 Terra Watt Hour (TWH) dibanding tahun sebelumnya. Tercatat pada kuartal I-2018, penjualan listrik sebesar 582 TWH, sedangkan pada kuartal I-2019 meningkat menjadi 615 TWH.

Menurut dia, peningkatan penggunaan listrik di NTB, menunjukkan bahwa tingkat konsumsi listrik masyarakat meningkat.

Naiknya penggunaan listrik tersebut tentu menjadi sinyal positif bahwa ekonomi masyarakat NTB terus tumbuh. Apalagi, Pulau Lombok sedang gencar membangun destinasi wisata Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika, yang juga akan mejadi lokasi penyelenggaraan MotoFP pada 2021.

Selain faktor pertumbuhan ekonomi, faktor lain yang mendukung peningkatan penjualan listrik adalah meningkatnya rasio elektrifikasi.

Sepanjang 2018, rasio elektrifikasi NTB telah mengalami pertumbuhan sebesar 10 persen. Dari 82 persen pada 2017 meningkat menjadi 92 persen pada 2018. Angka tersebut kembali meningkat sebesar 95,8 persen pada akhir kuartal I-2019. Dan meningkat lagi menjadi 99,6 persen pada November 2019.

Peningkatan rasio elektrifikasi tersebut didorong dengan adanya program Listrik Desa (Lissa), yaitu dengan melakukan perluasan jaringan listrik ke daerah-daerah terpencil yang belum teraliri listrik. Ditambah lagi adanya program pasang baru subsidi untuk daerah 3T (terdepan, terluar dan tertinggal) yang dicanangkan pemerintah untuk meningkatkan rasio elektrifikasi.

Selain itu, adanya inovasi-inovasi yang dilakukan PLN untuk memberikan kemudahan masyarakat dalam memperoleh layanan, juga dinilai mendorong penjualan listrik.

Ketersediaan pasokan daya membuat PLN optimis dapat memenuhi kebutuhan listrik di NTB, baik untuk peningkatan rasio elektrifikasi, maupun untuk mendorong investasi.

"Pasokan listrik kami siapkan. Oleh karena itu, kami mengundang para investor untuk membangun bisnisnya di NTB. Tidak perlu khawatir dengan masalah listrik, PLN akan siapkan berapapun kebutuhannya," kata Rudi.


                                                                                                                          Pembangunan infrastruktur

Proyek pembangunan pembangkit dan jaringan listrik masih terus berlanjut. PLN Unit Induk Pembangunan Nusa Tenggara (UIP Nusra), manargetkan semua infrastruktur yang saat ini sedang proses prakonstruksi dan konstruksi di NTB dan NTT, akan beroperasi dan memperkuat sistem kelistrikan di daerah masing-masing pada 2022.

General Manager PLN UIP Nusra, Yuyun Mimbar Saputra menyebutkan, berbagai proyek yang telah dirampungkan pembangunannya untuk memperkuat sistem kelistrikan di NTB hingga 2019, yakni sistem Lombok dan sistem Sumbawa, serta sistem kelistrikan provinsi NTT, yakni sistem Flores, dan sistem Timor.

Total energi yang dihasilkan dari pembangkit yang sudah dibangun sebesar 297 MW, di mana seluruh pembangkit sudah beroperasi untuk meningkatkan pasokan daya dan kapasitas.

Yuyun menambahkan terdapat lima pembangkit yang telah berhasil dioperasikan di NTB, yaitu PLTMGU Lombok Peaker berkapasitas 150 MW, PLTMG Bima 50 MW, PLTMG Sumbawa 50 MW, dan PLTU Sumbawa Barat 14 MW, sedangkan di NTT, yakni PLTMG Maumere berkapasitas 40 MW.

Kemudian dari sisi jaringan transmisi, PLN UIP Nusra telah mampu menyelesaikan dan mengoperasikan transmisi sepanjang 874 kilometer sirkit (kms), transmisi atau saluran udara tegangan tinggi (SUTT) tersebar di NTB dan NTT.

SUTT tersebut antara lain, SUTT PLTMG Kupang Peaker – Bolok 30 kms, SUTT Bayan – PLTU Lombok FTP2 92 kms, SUTT Tanjung – Bayan 75 kms, SUTT Bajawa Ruteng 120 kms, SUTT Empang – Dompu 155 kms, SUTT Labuhan/Sumbawa – Empang 160 kms, SUTT Alas/Tano – Labuhan/Sumbawa 138 kms, dan SUTT PLTMG Sumbawa – Labuhan/Sumbawa sepanjang 32 kms.

Gardu induk berkapasitas 40 MVA juga berhasil dioperasikan pada 2019 yang tersebar di NTB, dan NTT, yakni Gardu Induk (GI) PLTMG Kupang Peaker, GI Bolok, GI Bayan, GI Selong, GI Mataram, GI Tanjung, GI Maumere, GI Ende, GI Empang.

Selain itu, GI Dompu, GI Woha, GI PLTMG Sumbawa, GI Labuhan/Sumbawa, GI Bima, GI Bonto, dan Gardu Induk (GI) Taliwang.

Khusus untuk memperkuat sistem kelistrikan Sumbawa, PLN UIP Nusra sudah membangun tol listrik Sumbawa yang terbentang dari Taliwang hingga ke Bima. Proyek pembangunan infrastruktur tersebut sudah rampung pada 2019. Begitu juga dengan tol listrik Lombok, sehingga jalur sistem melalui jalur timur dinyatakan telah tersambung.

Menurut Yuyun, keberhasilan pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan tersebut berkat sinergitas antara PLN UIP Nusra dengan para pihak terkait, baik pemerintah provinsi, kabupaten, TNI/Polri, jajaran kejaksaan, tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh adat, dan tentunya seluruh masyarakat di NTB dan NTT.

"Capaian pembangunan infarstruktur ketenagalistrikan tersebut diharapkan menjadi stimulus energi. Namun tantangan pembangunan pada 2020 tidak lah mudah dan tentunya dukungan dari semua pihak akan sangat kami butuhkan," katanya.

Melihat progres pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan yang "on the track", maka warga NTB patut bersyukur dan mengapresiasi ikhtiar PLN dalam mewujudkan program unggulan "Nusa Terang Benderang" yang dicanangkan Gubernur NTB H Zulkieflimansyah, dan Wakil Gubernur NTB Hj Siti Rohmi Djalilah.