Bank Dunia Bina Desa TKI di Lombok

id Bank Dunia

Bank Dunia Bina Desa TKI di Lombok

Perwakilan Bank Dunia di Indonesia Isaku Endo, memberikan sambutan pada lomba balap cepat ke agen Laku Pandai, di Desa Loyok, Kecamatan Sikur, Lombok Timur, NTB, Kamis (2/11). (ANTARA NTB/Awaludin)

"Kami menjalankan program tersebut selama tiga tahun, dimulai sejak tahun 2016 dan akan berakhir pada 2018"
Lombok Timur (Antara NTB) - Bank Dunia (World Bank) melakukan pembinaan kepada masyarakat di beberapa desa yang menjadi kantong tenaga kerja Indonesia di Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, melalui Program Greenback 2.0.

"Kami menjalankan program tersebut selama tiga tahun, dimulai sejak tahun 2016 dan akan berakhir pada 2018," kata Perwakilan Bank Dunia di Indonesia Isaku Endo, di Lombok Timur.

Ia menjelaskan, Greenback 2.0 merupakan program Bank Dunia yang berupaya mengajak masyarakat untuk memanfaatkan layanan keuangan teregulasi demi terciptanya kelancaran dan keamanan dalam bertransaksi keuangan.

Ajakan tersebut diwujudkan dalam berbagai kegiatan yang telah berjalan di ketiga desa terpilih, yaitu Loyok, dan Tetebatu Selatan, Kecamatan Sikur, serta Desa Perigi, Kecamatan Pringgabaya, Lombok Timur.

"Kenapa kami memilih ketiga desa itu, karena merupakan termasuk kantong TKI dan Kabupaten Lombok Timur kabupaten terbesar penyumbang TKI di Indonesia," ujarnya.

Untuk memperkenalkan Greenback 2.0, ke masyarakat, Bank Dunia menjalin kemitraan dengan sejumlah pihak, seperti Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bank Negara Indonesia (BNI), dan Bank Rakyat Indonesia.

Selain itu, Pemerintah Provinsi NTB, Pemerintah Kabupaten Lombok Timur, dan Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Mataram.

Sejumlah operator selular yang ada di Indonesia juga dilibatkan, seperti PT Indosat dan PT XL.

Endo mengatakan kegiatan studi penjajakan kebutuhan masyarakat juga dilakukan dalam rangka menjaring informasi dari masyarakat setempat mengenai kesenjangan antara kondisi yang ada saat ini dan yang diharapkan, dalam hal akses dan penggunaan layanan keuangan, serta pengelolaan keuangan.

"Studi yang menggunakan pendekatan kualitatif tersebut sudah kami laksanakan selama tiga minggu pada tahun 2016 lalu," ucapnya.

Pihaknya juga sudah melakukan edukasi kepada masyarakat Desa Loyok dan Desa Perigi, tentang layanan transaksi keuangan melalui agen-agen bank yang ada di perdesaan.

Kegiatan tersebut dilakukan dalam bentuk lomba balap cepat ke agen Layanan Keuangan Tanpa Kantor untuk Keuangan Inklusif (Laku Pandai) yang tersebar di desa.

Laku Pandai merupakan program keuangan inklusif yang memungkinkan masyarakat membuka rekening tabungan, menabung, dan menarik dana melalui perantara agen bank.

"Melalui lomba yang digelar pada Kamis (2/11) dan Sabtu (4/11), kami berharap pemahaman keluarga TKI tentang manfaat menabung dan seperti apa produk industri keuangan, akan semakin bagus," kata Endo.

Pria asal Jepang ini juga berharap melalui pembinaan yang diberikan dalam waktu tiga tahun bisa memberikan dampak positif kepada masyarakat, khususnya keluarga TKI di Pulau Lombok, agar memanfaatkan remitansi atau kiriman uang dari luar negeri untuk hal-hal yang produktif. (*)