Jakarta (ANTARA) - Presiden Joko Widodo memperingatkan dunia usaha mengenai potensi resesi ekonomi yang dapat terjadi pada 1-1,5 tahun yang akan datang, lantaran masih adanya tekanan eksternal berupa perang dagang AS dan China yang masih terus berjalan. .

"Perang dagang masih terus berjalan, masih menghantui kita. Tekanan-tekanan eksternal baik berupa kemungkinan potensi resesi pada 1 atau 1,5 tahun yang akan datang sudah mulai dikalkulasi, mulai dihitung-hitung oleh para pakar," kata Presiden Joko Widodo dalam pembukaan Musyawarah Nasional XVI Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) di Jakarta, Senin.

Presiden mengatakan bahwa situasi ekonomi dunia saat ini penuh ketidakpastian dan beberapa negara bahkan sudah masuk dalam proses resesi ekonomi.

Baca juga: Jokowi minta insinyur ASEAN bentengi kawasan dari resesi ekonomi

"Oleh sebab itu kita harus mempersiapkan diri agar tidak terkena dampak dan bahkan dengan situasi seperti itu kalau bisa kita mampu memanfaatkan peluang-peluang yang ada, sehingga menguntungkan negara kita," ungkap Presiden.

Presiden pun meminta agar industri dalam negeri manfaatkan revolusi konsumen 2020 di Indonesia.

"Dalam situasi perang dagang dan ancaman resesi, magnet konsumen kita akan semakin kuat. Sekali lagi hati-hati. Ini akan menarik investasi dunia untuk datang ke Indonesia. Saya titip jangan sampai peluang-peluang, 'opportunity' yang ada dipakai oleh merek-merek asing, dipakai negara-negara luar," jelas Presiden.

Baca juga: Bank Mandiri optimis kredit tumbuh 11-12 persen, meski waspadai resesi

Menurut Presiden, pada 2020 di Indonesia akan ada 141 juta penduduk yang naik kelas menjadi "middle class and a fluent consumers". Jumlah tersebut meningkat lebih dari dua kali lipat dibanding 5 tahun lalu yang jumlahnya hanya sekitar 70 juta orang.

"Telah terjadi peningkatan lebih dari 100 persen. Ini besar sekali. Inilah bukti adanya revolusi konsumen di Indonesia. Selain mengalami kenaikan jumlah, sebaran geografis konsumen pun juga semakin merata. Jika 5 taun yang lalu hanya 25 kabupaten/kota yang memiliki konsumen kelas menengah lebih dari 500 ribu orang, tahun depan meningkat 54 kabupaten/kota. Artinya meningkatnya 2 kali lebih. Hati-hati dengan peningkatan seperti ini," ungkap Presiden.

Dampak revolusi konsumen 2020 di Indonesia adalah membuat pasar Indonesia semakin menarik.

"Hati-hati. Jangan sampai yang mengambil manfaat justru dari negara lain, dari asing. Hati-hati ini. Karena artinya apa? Indonesia akan semakin atraktif bagi investasi bisnis global. Hati-hati. Kita akan atraktif bagi investasi bisnis global," tegas Presiden.

Hadir dalam acara pembukaan tersebut sejumlah pejabat negara seperti ketua DPR Bambang Soesatyo, ketua DPD Oesman Sapta Odang, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Jaksa Agung HM Prasetyo, Ketua Umum Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (BPP Hipmi) Bahlil Lahadalia, mantan Menteri Perdagangan Muhammad Luthfi, Ketua Kadin periode 2015 - 2020 Rosan Roeslani, pendiri HIPMI Abdul Latif dan tokoh lainnya.

Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019