Jakarta (ANTARA) - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menerima hibah peralatan analisa Kromatografi Cair Kinerja Tinggi atau High Performance Liquid Chromatography (HPLC) dari sebuah perusahaan kimia Jepang yang mengembangkan teknologi analisis senyawa kiral, Daicel Corporation, untuk menjamin keamanan obat dari cemaran senyawa kiral yang dapat menyebabkan efek samping yang membahayakan kesehatan.

"Bantuan ini meliputi hibah alat HPLC beserta kolom analisisnya, serta pelatihan analisis cemaran senyawa kiral dalam obat," kata Kepala BPPT Hammam Riza dalam acara serah terima alat HPLC di Gedung BPPT, Jakarta, Rabu. Kiral adalah senyawa atau ion yang tidak dapat ditindihkan dengan bayangan cerminnya.

Presiden Direktur Daicel Corporation Misao Fudaba menyerahkan secara simbolis alat itu kepada Kepala BPPT, dan alat itu saat ini sudah berada di Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek) Serpong.

Kerja sama ini berguna untuk pengembangan metode analisa senyawa kiral menggunakan HPLC. Alat HPLC itu seharga Rp1,6 miliar untuk menganalisa komponen obat-obatan. Alat itu dilengkapi kolom kromatografi untuk analisa pemisahan senyawa kiral.

Baca juga: BPPT kembangkan enzim dan obat herbal bersama Zhejiang University

Baca juga: BPPT: Asap halangi pembentukan awan hujan


Senyawa kiral memiliki potensi toksik yang dapat memberikan efek samping apalagi konsumsi obat dalam jangka panjang. Dengan alat ini, maka bisa dipisahkan komponen yang dapat menyebabkan efek samping pada tubuh manusia sehingga menjamin keamanan obat.

Kepala Balai Bioteknologi BPPT Agung Eru Wibowo mengatakan komponen aktif obat dibuat melalui proses sintesis kimia yang terkadang mengandung cemaran senyawa kiral.

Saat ini, Indonesia masih mengimpor lebih dari 95 persen bahan baku obat termasuk obat generik. Oleh karena itu, harus dipastikan keamanan obat yang akan dikonsumsi masyarakat termasuk dengan menggunakan HPLC untuk menganalisa senyawa kiral.

Di beberapa obat, cemaran senyawa kiral memiliki efek samping yang membahayakan bagi kesehatan seperti efek samping yang ditunjukkan oleh thalidomide, obat pereda rasa mual yang dikonsumsi oleh ibu hamil pada 1950-an, yang menyebabkan bayi lahir cacat dengan deformasi anggota tubuh bayi.

Dengan teknologi itu, Agung menuturkan akan mengembangkan metode analisa senyawa kiral yang kemudian didorong untuk mendapatkan sertifikasi pengujian dari Komite Akreditasi Nasional. Sehingga jika ada industri mau menggunakan metode analisa senyawa kiral itu, maka BPPT dapat menyediakan layanan jasa.

"Dengan teknologi, kita bisa melakukan analisa pemisahan senyawa yang memiliki struktur kiral yang menyebabkan efek samping pada tubuh manusia. Kita memisahkan senyawa kiral yang baik yang tidak baik untuk tubuh," ujarnya.

Presiden Direktur Daicel Corporation Misao Fudaba mengatakan HPLC tersebut dikembangkan pada sejak tahun 70-an di perusahaannya.

"Ide awal dari universitas di Jepang, kemudian dari Daicel dikomersialisasikan," kata Misao.

Saat itu setelah dikembangkan di Jepang, teknologi diaplikasikan ke Amerika, Eropa, China, India dan sekarang Indonesia, terutama negara kawasan yang memiliki penduduk banyak. Ketika penduduk sakit, maka penggunaan obat akan banyak, sehingga keamanan obat harus diperhatikan.*

Baca juga: TMC BPPT klaim berhasil turunkan hujan di wilayah Kalteng

Baca juga: BPPT dorong curah hujan Riau 50 mm

Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019