Dalam merawat serta melestarikan budaya Melayu tidak cukup dilakukan melalui festival saja
Tanjungpinang, Kepri (ANTARA) - Direktur Warisan dan Diplomasi Budaya, Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbud, Nadjamudin Ramly, membuka Festival Gemala bertajuk Dermaga Zapin Bandar Gurindam di Gedung Daerah Tanjungpinang, Kepulauan Riau, Kamis.

Festival Gemala ini ditaja oleh platform kebudayaan Kemendikbud, Indonesiana bekerja sama dengan Pemkot Tanjungpinang serta Dewan Kesenian di daerah tersebut.

"Festival Gemala digelar berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Memajukan Kebudayaan," kata Nadjamudin Ramly.

Sesuai perintah Undang-Undang tersebut, kata dia, Kemendikbud melalui Indonesiana telah menggulirkan 10 objek kebudayaan yang meliputi tradisi lisan, manuskrip, ritus, seni, bahasa adat isdiadat, pengetahuan tradisional, teknologi tradisional olahraga tradisional dan permainan rakyat.

Dengan posisi regulasi itu pula, kata dia, Kemendikbud berperan besar untuk melindungi, mengembangkan, memanfaatkan, serta membina seluruh pemangku kepentingan  kebudayaan yang ada di Indonesia, khususnya Tanjungpinang.

Salah satunya melalui perhelatan Festival Gemala, yang diharapkan jadi magnet bagaimana masyarakat melayu mengangkat kembali budaya lokal yang selama ini jadi ikon Tanjungpinang, yakni zapin, gurindam dan pantun.

"Sesuai basis masyarakat melayu di Tanjungpinang, kami sepakat menonjolkan tiga budaya itu pada Festival Gemala ini," katanya.

Ia menambahkan, dalam merawat serta melestarikan budaya Melayu tidak cukup dilakukan melalui festival saja.

Dirinya menyarankan Pemkot Tanjungpinang menjadikan budaya lokal seperti zapin, pantun dan gurindam sebagai mata pelajaran muatan lokal di sekolah-sekolah setempat.

Sehingga, kata dia, diharapkan ke depan generasi muda tetap berpijak pada akar budaya melayu meskipun pengaruh Iptek terus berkembang.

"Kita tentu tak ingin anak-anak nantinya lebih familiar dengan budaya asing dibanding budaya lokal," katanya.

Sementara itu, Wali Kota Tanjungpinang, Syahrul mengemukakan Festival Gemala dapat mempertahankan, melestarikan sekaligus mewariskan seni budaya lokal terutama bagi generasi muda.

Acara ini, kata Syahrul, menjadi wahana utnuk memperkokoh budaya serta menumbuhkembangkan identitas daerah.

"Melalui kegiatan ini masyarakat akan memperoleh kebudayaan yang seimbang antara pelestarian dan pemajuan," katanya.

Syahrul pun berharap dari segi pariwisata, festival tersebut dapat menambah kunjungan wisatawan mancanegara dan nusantara, hal ini sesuai visi-misi Pemkot Tanjungpinang untuk mengembangkan potensi pariwisata dan budaya daerah.

Festival Gemala akan dimeriahkan beragam kegiatan dari lokakarya permartabatan bahasa, lokakarya zapin penyengat, lomba ketangkasan bahasa, lomba baca puisi, pameran budaya dan kuliner Melayu.

Kemudian ada juga tari zapin massal, lomba visualisasi Gurindam 12 dan belajar bersama maestro pantun, lomba tari zapin dan ditutup acara wah, yaitu pertunjukkan zapin serumpun.

Kegiatan ini melibatkan para penari zapin dari Malaysia, Singapura dan provinsi tetangga, seperti dari Riau, Bangka Belitung, Sumatera Selatan, termasuk dari kabupaten/kota yang ada di Provinsi Kepulauan Riau.

Baca juga: 4.000 anak pecahkan rekor menari zapin di Jambi

Baca juga: Malaysia Dikhawatirkan Aku Tari Zapin Pesisir Kepri

Baca juga: Belajar syair Melayu, ratusan pelajar Malaysia kunjungi Tanjungpinang

Baca juga: Gurindam Dua Belas, warisan nasihat dari Pulau Penyengat

Pewarta: Ogen
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019