Tidak ada perubahan signifikan. Justru kondisi semakin buruk karena prevalensi perokok anak meningkat,
Jakarta (ANTARA) - Ketua Yayasan Lentera Anak Lisda Sundari mengatakan bahwa dalam satu dekade setelah Indonesia dijuluki sebagai negara perokok anak karena video viral anak dua tahun merokok pada Mei 2010, anak-anak Indonesia masih terancam oleh bahaya rokok.

"Tidak ada perubahan signifikan. Justru kondisi semakin buruk karena prevalensi perokok anak meningkat," kata Lisda dalam penayangan dan diskusi film "Kilas Balik Satu Dekade Perokok Anak" di Auditorium Perpustakaan Nasional di Jakarta, Rabu.

Ia mengatakan dalam lima tahun dan enam tahun terakhir Yayasan Lentera Anak banyak bekerja sama dengan berbagai pihak di akar rumput dan bertemu dengan orang tua, guru, dan anak-anak muda dari berbagai organisasi yang menyatakan kekhawatirannya terhadap ancaman rokok terhadap anak.

Menurut dia mereka banyak berbicara tentang rokok dari perspektif mereka masing-masing. Mulai dari curahan hati seorang istri yang uang belanja untuk memenuhi kebutuhan keluarga harus dipotong untuk membeli rokok suami, hingga anak-anak yang disambut berbagai iklan rokok saat berangkat dan pulang sekolah bahan di dalam gawai mereka.

"Yang paling memilukan adalah cerita seorang ibu yang merasa berhasil sudah menjaga anak-anaknya dari rokok, harus bersedih ketika menemukan rokok elektronik di dalam tas anaknya," katanya.

Ia mengatakan ketika upaya melindungi anak-anak Indonesia dari rokok belum juga memperlihatkan hasil, ancaman baru sudah muncul dalam bentuk rokok elektronik.

"Saat si ibu menanyakan soal rokok elektronik itu kepada anaknya, si anak malah menjawab bahwa itu lebih aman dari rokok. Ini menyedihkan, ketika kita berusaha menjaga anak-anak dari rokok, rokok elektronik menjadi pilihan anak-anak," katanya.

Dalam acara penayangan dan diskusi film tersebut, Yayasan Lentera Anak menampilkan sebuah film yang dimulai dari berita seorang anak usia dua tahun dari Musi Banyuasin, Sumatera Selatan yang sudah merokok sejak usia 18 bulan.

Berita yang bermula dari sebuah video yang viral hingga menjadi pemberitaan media di luar negeri itu menceritakan seorang anak yang akan marah dan tantrum bila tidak diberi rokok. Si anak bahkan bisa menghabiskan 40 batang rokok sehari.

Film yang naskahnya ditulis Reza Indragiri Amriel dengan narasi oleh Rahayu Saraswati Djohohadikusumo itu kemudian menggambarkan bahaya rokok yang masih mengancam anak-anak Indonesia melalui iklan hingga audisi olahraga yang mempromosikan rokok.

Pemutaran film kemudian dilanjutkan dengan diskusi yang menghadirkan sejumlah narasumber, yaitu Asisten Deputi Pemenuhan Hak Anak atas Kesehatan dan Kesejahteraan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Hendra Jamal's, Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Sitti Hikmawatty, akademisi London School of Public Relations (LSPR) Lestari Nurhayati, Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kesehatan Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Agus Suprapto.

Selain itu, Direktur Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kementerian Kesehatan Rizkiyana Sukandhi Putra, pegiat pengendalian tembakau Widyastuti Soerojo, dan Sekretaris Deputi Pengembangan Kepemudaan Kementerian Pemuda dan Olahraga Amar Ahmad. 

Baca juga: Lentera Anak : Jumlah anak perokok di Indonesia terus meningkat
Baca juga: LPAI harapkan Indonesia segera ratifikasi FCTC lindungi anak
Baca juga: Ironi perokok anak yang semakin meroket

 

Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2020