Pontianak (ANTARA) - Anak-anak yang tergabung dalam pengurus forum anak di Kabupaten Kubu Raya dan Kabupaten Landak, Provinsi Kalimantan Barat, merasa khawatir dan takut akan adanya dampak dari pandemi COVID-19 di provinsi itu.

"Mereka berharap pemerintah dapat mengatasi pandemi ini agar orang-orang di sekitarnya, terutama keluarga, aman dari COVID-19," kata Unit Advokasi Wahana Visi Indonesia, Junito Drias dalam keterangan tertulisnya kepada Antara di Pontianak, Kamis.

Dia menjelaskan, pihaknya mengumpulkan pendapat mereka (anak-anak Kalbar) melalui video yang berisi jawaban dari
beberapa pertanyaan mengenai apa yang mereka rasakan dan apa harapan mereka. Upaya ini dilakukan untuk mendorong terwujudnya partisipasi anak, yang merupakan salah satu hak anak itu.

Dia menambahkan wabah COVID-19 mengganggu keluarga, persahabatan, sekolah dan komunitas lebih luas. "Anak dalam situasi wabah COVID-19 berpotensi menjadi yang terinfeksi, atau terpisah dengan orang tua dan pengasuh.

Baca juga: Babinsa kawal pendistribusian 522 ton beras bantuan Pemprov Kalbar

Baca juga: Dinkes: Hasil rapid test COVID-19, satu ASN Pemprov Kalbar positif

Baca juga: Kepala Polda Kalbar tinjau kesiapan tutup Jalan Gajah Mada Pontianak


"Kedua situasi ini menimbulkan kerawanan bagi anak, karena itu penting untuk memastikan
bahwa sistem perlindungan anak berjalan," ujar Drias.

Sementara itu, Edward (17) salah seorang dari Kabupaten Landak, mengaku sudah mengetahui perihal COVID-19 dan sudah ada warga di Kalbar yang positif COVID-19. Ia mengaku takut dan khawatir jika orang tuanya atau anggota keluarganya ikut terkena COVID-19.

Kemudian, Monik (17) yang berasal dari Kabupaten Kubu Raya menjelaskan bahwa sebagian besar warga yang tinggal di sekitarnya sudah memiliki kesadaran untuk menjaga kebersihan diri, seperti rajin mencuci tangan. Demikian juga ketika batuk atau bersin harus menutup hidung dan mulut.

Lebih lanjut, Galih (17) yang juga berasal dari Kubu Raya memikirkan jika ada anak yang orang tuanya terkena COVID-19, maka harus ada perhatian khusus dari pemerintah untuk keluarga tersebut.

"Kalau misalnya saya, atau teman, ayah ibunya sakit karena COVID-19 dan tidak bisa bekerja, maka seharusnya semua kebutuhan untuk pengobatan atau kebutuhan si anak harus dibiayai oleh pemerintah," tuturnya.

Menanggapi itu, Unit Advokasi Wahana Visi Indonesia menambahkan, apa yang disampaikan anak-anak tersebut merupakan kekhawatiran yang mewakili keresahan semua pihak, jika wabah yang terjadi kian meluas. Oleh karena itu, menurut dia, suara anak-anak tersebut perlu didengar oleh semua pihak.

"Pemerintah perlu menerbitkan kebijakan yang meringankan beban ekonomi atas keluarga miskin yang kehilangan pendapatan akibat wabah COVID-19, juga menanggung pengobatan akibat COVID-19. Di sisi lain, masyarakat dapat membangun community care support atau dukungan perawatan masyarakat, yang akan membantu ketika ada keluarga yang terinfeksi,” ungkap Drias.

WVI bersama Aliansi Penghapusan Kekerasan Terhadap Anak (PKTA) bekerja sama dengan pemerintah telah menyusun protokol perlindungan anak dalam situasi wabah COVID-19.*
Baca juga: Keluarga besar HMI Kalbar gelar aksi sosial cegah COVID-19

Baca juga: IFC Chapter Pontianak rangkul penjahit produksi APD COVID-19

Baca juga: Gubernur Kalbar persilahkan pemda lakukan penutupan wilayah

Pewarta: Andilala
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020