Makassar (ANTARA) - Dua orang dilaporkan tewas diterjang banjir bandang yang melanda Kabupaten Bantaeng dan Kabupaten Jeneponto di Provinsi Sulawesi Selatan, Sabtu.

Dua korban tersebut diketahui bernama lelaki Haerul Fatta Ampa (19) warga Kampung Beru, Kelurahan Bonto Atu, Kecamatan Bissappu, Kabupaten Bantaeng dan Daeng Made warga Desa Rumbia, Kecamatan Rumbia, Kabupaten Jeneponto.

Kapolres Bantaeng AKBP Wawan Sumantri saat dikonfirmasi wartawan mengatakan, jasad Haerul ditemukan di dalam gorong-gorong depan SD Inpres Be'lang, atau 300 meter dari lokasi kejadian awal, malam tadi.

Korban diduga terjatuh di parit yang penutupnya terbuka, di saat bersamaan arus banjir bandang sangat deras, membuat remaja ini tidak melihat secara jelas hingga akhirnya terperosok ke dalam parit tersebut.

"Dari keterangan diperoleh, korban awalnya ke pasar untuk mengamankan peti ikannya. Tetapi diperjalanan, almarhum tidak melihat jelas jalanan karena tertutup air, hingga akhirnya terjatuh di got disaat bersamaan arus air juga deras saat banjir tadi malam," katanya.

Sementara ini dilaporkan air sudah surut di beberapa lokasi, dan untuk dampak kerusakan pascabanjir bandang, masih dalam proses pendataan. Diperkirakan ratusan rumah rusak kendaraan baik roda dua dan empat mengalami kerusakan termasuk fasilitas umum saat ketinggian air mencapai 20 centimeter sampai 150 centimeter.

Dari laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat banjir bandang menerjang di tujuh kelurahan masing-masing Kelurahan Pallantikan, Malililingi, Letta, Lembang, Bontosunggu, Bintiatu dan Bontorita.

Dari tujuh kelurahan tersebut, tersebar di dua Kecamatan yakni Kecamatan Benteng dan Kecamatan Bissapu. Penyebab kejadian, hujan deras di hulu hingga meluapnya air Sungai Celendu, menghasilkan arus deras mengakibat Bendungan CekDam Ballang Sikuyu sebagai pengendali banjir jebol pada sisi kanan pada Jumat (12/6). Air pun meluber ke pemukiman warga dan masuk ke Kota Kabupaten Bantaeng.

Sedangkan untuk musibah banjir bandang di Kabupaten Jeneponto, disebabkan debit air Bendungan Kareloe mengalami peningkatan pada level 150 dari batas normal 100, hingga akhirnya meluap ke beberapa pemukiman warga. Saat itu hujan deras mengguyur daerah itu sejak Jumat pagi, 12 Juni 2020.

Dampak ditimbulkan, dilaporkan satu orang meninggal atas nama Daeng Made. Dua orang dikabarkan hanyut dan belum ditemukan, empat rumah dan korban tertimbun longsor di Dusun Tokka, Desa Palantikang, Kecamatan Rumbia.

Selanjutnya, tiga rumah dilaporkan dibawa hanyut derasnya air di Dusun Paloe, Desa Rumbia, dua rumah rusak parah dan 10 ternak sapi hilang karena hanyut terbawa air.

Lokasi terdampak pascabanjir bandang tersebut di lima kecamatan dan delapan desa, masing-masing Kecamatan Rumbia (terparah), Turatea, Tarowang, Binamu dan Tamalatea. Desa Rumbia (terparah), selanjutnya Desa Jombe, Sepanang, Munthe, Tino, Lebang Manai, dan Desa Pallantikang serta Kelurahan Balang.

Kondisi saat ini air sudah surut di beberapa lokasi, dan untuk dampak kerusakan pascabanjir bandang, masih proses pendataan

Pewarta: M Darwin Fatir
Editor: M Arief Iskandar
Copyright © ANTARA 2020