kebutuhan pokok warga akan dipenuhi oleh gugus tugas
Negara, Jembrana (ANTARA) - Gugus Tugas Percepatan Pencegahan (GTPP) COVID-19 Kabupaten Jembrana, Bali, bersama warga Desa Kaliakah sepakat untuk mengisolasi satu banjar di desa setempat, setelah ditemukan beberapa transmisi lokal di banjar tersebut.

"Banjar Munduk, Desa Kaliakah, Kecamatan Negara, akan dikarantina mulai Jumat (3/7). Karantina atau isolasi ini merupakan kesepakatan kami dengan warga," kata Juru Bicara GTPP COVID-19 Jembrana dr I Gusti Agung Putu Arisantha di Negara, Kabupaten Jembrana, Kamis.

Ia mengatakan, opsi isolasi banjar ini merupakan opsi yang dipilih setelah pihaknya dua kali melakukan pertemuan dan sosialisasi dengan warga serta perangkat desa setempat.

Menurutnya, isolasi pada hari pertama akan dilakukan tes cepat massal terhadap warga banjar tersebut, yang akan dilakukan dua kali.

Selama isolasi 14 hari, warga banjar tersebut akan berdiam diri di rumah, termasuk melarang orang keluar-masuk banjar tersebut.

"Jika saat rapid test ditemukan yang reaktif, segera akan kami lakukan swab test serta diambil tindakan lebih lanjut," katanya.

Baca juga: Transmisi lokal COVID-19 di Bali capai 77,74 persen, sebut GTPP
Baca juga: Layanan UGD RS Puri Raharja ditutup sementara karena COVID-19


Ia mengungkapkan, keputusan karantina yang juga disepakati warga, setelah ditemukan tiga kasus baru di banjar tersebut, yang berasal dari orang yang pernah kontak dekat dengan pasien COVID-19 asal banjar itu.

Dalam 24 jam terakhir, penambahan pasien COVID-19 di Kabupaten Jembrana mencetak rekor, dengan ditemukan enam pasien baru yang selain di Desa Kaliakah, juga ditemukan di Desa Yehembang Kauh, Desa Yehsumbul dan Desa Dangin Tukadaya, Kecamatan Mendoyo.

"Tiga kasus di luar Desa Kaliakah itu merupakan penelusuran yang dilakukan petugas Puskesmas maupun RSU Negara. Kami masih melakukan pelacakan lebih lanjut, untuk mencegah penularan," kata Arisantha.

Dengan bertambahnya enam pasien ini, secara kumulatif, jumlah warga Kabupaten Jembrana yang tertular COVID-19 menjadi 41 orang.

Khusus untuk Banjar Munduk, Arisantha mengatakan, pihaknya menyiapkan 2.000 alat tes cepat, dengan melibatkan petugas dari sejumlah Puskesmas, karena warga yang harus menjalani tes mencapai 990 orang.

Baca juga: Mewaspadai klaster pasar tradisional COVID-19 di Bali
Baca juga: RS PTN Unud rawat tujuh dokter positif COVID-19


Sementara itu, Bupati Jembrana I Putu Artha selaku Ketua Gugus Tugas Percepatan Pencegahan COVID-19 mengatakan, opsi karantina atau isolasi banjar ini merupakan yang terbaik untuk menyelamatkan warga dari penularan.

"Virus COVID-19 itu penularannya sangat cepat, sehingga karantina banjar ini tidak hanya menyelamatkan warga banjar bersangkutan, tapi juga masyarakat Kabupaten Jembrana," katanya.

Kepada petugas yang terlibat dalam isolasi ini, ia memerintahkan, untuk mendistribusikan bantuan sembilan kebutuhan pokok ke rumah-rumah warga. "Kebutuhan pokok warga akan dipenuhi oleh gugus tugas. Petugas harus mengantar hingga ke rumah warga selama masa karantina," katanya.

Sementara itu, Kepala Desa atau Perbekel Kaliakah I Made Bagiarta mengatakan, pihaknya siap melakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait pelaksanaan karantina tersebut.

Menurut dia, sosialisasi akan dilakukan terkait mekanisme karantina, termasuk pengawasan agar tidak ada warga yang keluar-masuk banjar tersebut.

"Akses jalan ke banjar tidak akan ditutup, tapi akan diawasi ketat. Agar berjalan baik, perlu kerja sama semua pihak dan institusi, apalagi karantina ini merupakan hal yang baru bagi warga," katanya.

Kluster transmisi lokal di desa tersebut berasal dari seorang perempuan yang pulang dari Denpasar ke Desa Berangbang, kemudian juga mengunjungi kerabatnya di Banjar Munduk, Desa Kaliakah.

Baca juga: Banyak kasus positif COVID-19 di Bali karena GTPP aktif mencari
Baca juga: Tim Gabungan GTPP Bali edukasi protokol kesehatan di pasar desa adat

Pewarta: Naufal Fikri Yusuf/Gembong Ismadi
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2020