Makassar (ANTARA) - Sebanyak 1.660 pengungsi dari negara lain masih bertahan di Makassar, Sulawesi Selatan, dan diawasi oleh Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) setempat.

"Jumlahnya masih cukup banyak dan ada 1.660 orang yang tersebar. Mereka umumnya berada di Indonesia khususnya Makassar sudah lebih dari lima tahun," ujar Kepala Rudenim Makassar Togol Situmorang di Makassar, Selasa.

Ia mengatakan, program pemulangan secara sukarela atau lebih dikenal dengan istilah Assisted Voluntary Return (AVR) ke negara asalnya diharapkan mampu mengurangi jumlah pengungsi itu.

Beberapa pertimbangan para pengungsi mengajukan permohonan untuk kembali ke negaranya karena mengetahui situasi dan kondisi negara mereka sudah mulai kondusif.

Baca juga: Imigran Iran dan Myanmar dipindah ke Makassar
Baca juga: 16 Imigran Ilegal Diserahkan ke Rudenim Makassar


Negara-negara yang umumnya dilanda konflik seperti di wilayah Timur Tengah, Afganistan, Somalia dan lainnya menyebabkan warganya berinisiatif untuk mengungsi ke negara lain.

"Bagi negara yang berkonflik, perang saudara dan lainnya itu membuat warganya mencari suaka ke luar negeri. Di negara-negara yang sudah mulai kondusif, para pengungsi juga sudah banyak ajukan diri untuk dipulangkan," katanya.

Togol menyatakan, para pengungsi di Indonesia di bawah penanganan langsung International Organization for Migration (IOM). Khusus untuk di Makassar, di bawah penanganan IOM Makassar dan diawasi oleh Rudenim.

"Para pengungsi tersebar di 22 tempat pengungsian atau community house yang tersebar di Kota Makassar," kata Togol.

Pewarta: Muh. Hasanuddin
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2020