Saya usulkan ke Bapak Presiden Soeharto untuk memprofitisasi, restrukturisasi dan terakhir privatisasi
Jakarta (ANTARA) - Mantan menteri BUMN Tanri Abeng membagikan pengalaman yang pernah dilakukannya untuk memperbaiki kinerja Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada saat krisis ekonomi melanda Indonesia 1998.

Menurut menteri BUMN di era Presiden Soeharto itu di Jakarta, Rabu, pada masa itu terdapat 159 BUMN yang dinilai kurang sehat sehingga diperlukan upaya untuk memperbaikinya.

"Saya usulkan ke Bapak Presiden Soeharto untuk memprofitisasi, restrukturisasi dan terakhir privatisasi," kata dia di Talk Show & Awarding "Corporate ReputationBUMN (Befor & After Pandemi) Milennial's Perspective" sekaligus BUMN Brand Award 2020.

Dikatakannya, saat itu terbentuklah 10 holding BUMN dan salah satunya yakni memerger beberapa bank BUMN yang ada menjadi Bank Mandiri.

Menurut Tanri, saat ini BUMN mempunyai peran signifikan terhadap perekonomian negara, sehingga mampu membantu Usaha Kecil dan Menengah (UMKM) untuk bergeliat.

"Setidaknya BUMN-BUMN tersebut memberikan kenyamanan dan keamanan pada bidang kesehatan kepada publik. BRI punya portofolio membantu UMKM," katanya.

Dia menilai BUMN saat ini mempunyai strategi yang jitu untuk mengatasi masalah ekonomi akibat wabah COVID-19 oleh karena itu pihaknya mengapresiasi Erick Tohir dan Budi Gunadi Sadikin terlibat mengatasi wabah tersebut terutama di bidang ekonomi.

Sementara itu Founder & CEO Iconomics Bram S. Putro menyebutkan, reputasi perusahaan tidak dibangun sekejap, tapi dibentuk dengan waktu dan proses yang panjang.

Namun, keruntuhan reputasi perusahaan bisa dalam waktu sekejap, oleh karena itu, perusahaan dan level pimpinan harus sangat memperhatikan aspek-aspek internal maupun eksternal yang bisa membahayakan reputasi perusahaan.

"Tak terkecuali perusahaan-perusahaan BUMN yang memiliki peran sebagai lembaga profit sekaligus memiliki tanggung jawab yang lebih besar dalam mendukung program-program pemerintah. Apalagi pada masa pandemi Covid-19," katanya.

Menurut dia, tantangannya akan semakin berat bagi BUMN, dalam situasi saat ini, masing-masing BUMN tentunya akan mengelola reputasi dengan gayanya masing-masing, termasuk membangun reputasinya di mata kaum milenial.

Terkait hal itu Iconomics melihat kinerja perusahaan negara dalam menjaga reputasi terutama pada masa pandemi dan pasca pandemi Covid-19 pihaknya akan menggelar BUMN Brand Award 2020.

Dalam BUMN Brand Award 2020, perusahaan-perusahaan BUMN dinilai dari 4 indikator meliputi indikator market dominance yakni jumlah penggunaan produk dan jasa perusahaan BUMN yang disurvei.

Kemudian brand strength menyangkut jumlah responden yang mengetahui keberadaan brand, lalu aspek customer satisfaction yang dilihat dari penilaian responden terhadap kualitas layanan brand perusahaan-perusahaan BUMN.

Aspek lainnya yang dilihat mengenai persepsi responden perusahaan BUMN dalam berkontribusi sosial dan ekonomi.

Menurut Research Director Iconomics Alex Mulya, survei dilakukan kepada tiga segmen milenial meliputi early, mid-term dan late dengan mengelompokkan berdasarkan segmen pendapatan, yakni rendah, menengah dan atas.

Baca juga: Dahlan Iskan: Pembentukan "superholding" BUMN belum mendesak

Baca juga: Kementerian BUMN segera arahkan PFN jadi lembaga keuangan perfilman

Baca juga: Kementerian BUMN: Bank syariah BUMN akan digabungkan dalam waktu dekat

Baca juga: Tergerus COVID, setoran dividen BUMN 2021 ditargetkan Rp26,1 triliun



 

Pewarta: Subagyo
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2020