Semarang (ANTARA News) - Pembelajaran berbasis "game" (permainan) lebih disenangi kalangan anak-anak, tanpa menghilangkan esensi ilmu yang ingin disampaikan, kata kreator "game", Arry Maulana Syarif.

"Sebagai contoh pembelajaran berhitung, bisa disampaikan melalui `game` yang memuat konten itu, tentunya akan lebih disenangi," katanya, di sela roadshow "Berbagi Semangat Positif Gaming", di Semarang.

Dalam acara yang diprakarai Agatestudio, developer "game" bekerja sama dengan Perum LKBN ANTARA itu, ia mempresentasikan "game" ciptaannya yang memuat konten pembelajaran berhitung berjuluk "Ani Menjadi Teller Bank".

Ia menjelaskan, permainan ciptaannya itu awalnya terinspirasi dari keinginan agar anaknya bisa belajar berhitung, namun tidak cepat bosan sehingga diciptakanlah "game" yang memenangi Lomba Game Edukasi dan Animasi 2008 itu.

Basis permainan berhitung dengan latar belakang teller bank itu, kata dia, sebenarnya cukup sederhana, sebab prinsipnya sama halnya seperti teller bank yang harus melayani transaksi keuangan dengan para nasabahnya.

"`Gamers` cukup menghitung berapa uang yang disetorkan seperti yang tertera pada layar, tentunya dengan batasan waktu. Kalau sampai terlalu lama menyelesaikan penghitungan maka automatis akan `game over`," katanya.

Dalam kesempatan itu, pengajar Universitas Dian Nuswantoro itu juga memamerkan "game" lain ciptaannya, yakni "Talud", permainan berbasis lagu-lagu tradisional yang dikemas dalam sebuah konsep yang mengasyikkan.

"Anak saya senang dengan `game` ini dan kerap mencari lagu-lagu tradisional yang barangkali belum tentu anak-anak sekarang tahu. Barangkali, tanpa `game` ini anak saya tidak suka dengan lagu-lagu tradisional," katanya.

Di dalam permainan itu, kata Arry, memuat pula permainan ular tangga yang sebenarnya sederhana seperti umumnya permainan itu, namun dikonversikan dengan ikon-ikon lagu tradisional menjadi menyenangkan bagi anak-anak.

Sementara itu, koordinator roadshow "Berbagi Semangat Positif Gaming" Semarang, Luthfi Fajar Ridho mengatakan kegiatan itu sebenarnya dimaksudkan sebagai ajang menjalin keakraban sesama pencinta "game" di berbagai kota.

"Rencananya, kami akan melakukan roadshow di enam kota, yakni Semarang, Solo, Yogyakarta, Surabaya, Jakarta, dan puncak acaranya akan digelar di Bandung dengan menggelar `Student Super Camp` pada Oktober mendatang," katanya.

Ia menjelaskan roadshow itu juga dimaksudkan menjaring peserta lomba "game" di enam kota yang nantinya akan diumumkan pemenangnya pada puncak acara di Bandung, selain untuk mendeteksi komunitas "gamers" yang ada.

"Kami ingin pula meluruskan bahwa tak selamanya "game" bisa membuat penggemarnya melupakan segalanya, seperti sampai lupa makan, mandi, beribadah, sebab "game" bisa juga menjadi ajang interaksi yang efektif," kata Fajar.(*)

(U.KR-ZLS/H-KWR)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011