Hajjah, Yaman (ANTARA) - Setelah perang sipil di Yaman menghancurkan menara-menara komunikasi, warga di Distrik Midi, Provinsi Hajjah, Yaman barat laut, harus memasang penguat sinyal telepon seluler (ponsel) kecil hingga 10 meter di tiang kayu agar dapat melakukan panggilan telepon.

Dengan cara seperti inilah Sultan Jarbhi memperkuat sinyal ponselnya. Setelah memasang sebuah tiang kayu di pekarangan rumahnya, pemuda itu memasukkan alat penguat sinyal telepon ke dalam kantong plastik.

Kemudian mengikatkan tali di sekelilingnya, dan mengangkatnya tinggi-tinggi ke puncak tiang menggunakan katrol hingga alat tersebut menangkap sinyal jaringan telepon.

"Ini satu-satunya cara bagi kami untuk berkomunikasi dan berbagi pesan serta foto dengan kerabat dan teman kami di kota-kota lain. Kami telah menjalani isolasi selama lebih dari lima tahun akibat hancurnya menara-menara komunikasi selama perang," kata Jarbhi kepada Xinhua.

Akibat hancurnya menara-menara komunikasi, Youssef Musa, warga lain di Midi, butuh waktu sepekan untuk mengetahui bahwa pamannya, yang tinggal di Kota Taiz, Yaman barat daya, telah meninggal dunia.

"Saya masih sangat sedih karena tidak dapat berbicara dengannya saat dia sakit, dan kini saya khawatir dengan ibu saya yang sakit yang juga berada di sana. Karena sinyal telepon yang buruk, upaya saya untuk meneleponnya berakhir sia-sia," tuturnya.

Layanan telepon yang buruk di Taiz dan Midi ini menunjukkan bagaimana perang sipil di Yaman mengimbas kehidupan rakyatnya.

Perang sipil di Yaman meletus pada akhir 2014 setelah milisi Houthi yang didukung Iran menyapu dan menguasai beberapa provinsi di bagian utara negara tersebut, memaksa pemerintah Yaman yang didukung Arab Saudi angkat kaki dari ibu kota negara tersebut, Sanaa.

Perang itu menewaskan puluhan ribu orang, menghancurkan ribuan rumah, memaksa 4 juta orang mengungsi, dan mendorong negara tersebut ke ambang kelaparan.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melakukan berbagai upaya untuk mengakhiri perang di Yaman serta mencapai rekonsiliasi dan penyelesaian politik antara pihak-pihak yang bertikai.

Tahun ini, PBB memberlakukan gencatan senjata di Yaman untuk pertama kalinya pada 2 April dan diperbarui selama dua bulan pada 2 Juni, dan kemudian berhasil memperpanjangnya selama dua bulan lagi pada 2 Agustus.
 
Seorang pria Yaman memegang ponsel pintarnya untuk mencari sinyal pada 6 Agustus 2022, setelah perang sipil di negara itu menghancurkan semua menara sinyal di Distrik Midi, Provinsi Hajjah, Yaman. (Xinhua/Mohammed Al-Wafi
 
 

 

Pewarta: Xinhua
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2022